GOTO: Rp29 Triliun Kas untuk Adjusted EBITDA Positif Akhir Tahun 2023

JABAR EKSPRES — PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) akan menggunakan kas setara Rp29 triliun untuk mencapai Adjusted EBITDA positif pada akhir tahun 2023 dan juga mengejar kemandirian permodalan.

Research Analyst MNC Sekuritas, Andrew Sebastian Susilo, mengungkapkan GOTO telah berhasil menerapkan penghematan terkait dan tidak terkait dengan biaya personil lebih dari Rp1,1 triliun.

Hal tersebut setara dengan penghematan sebesar 14 persen sampai kuartal III-2022.

BACA JUGA : 20 Rekomendasi Pinjol Legal OJK Maret 2023

“Pada kuartal pertama tahun 2022, GOTO berhasil menurunkan potensi cash burn (bakar uang) setiap bulan menjadi Rp1,3 triliun di kuartal ketiga 2022,” ujar Andrew.

“Sebelumnya, GOTO melakukan cash burn sebanyak Rp1,6 triliun,” ungkapnya.

GOTO menyesuaikan EBITDA hingga terjadi peningkatan hingga minus 2,3 persen dari GTV pada kuartal III-2022. Sebelumnya berada di posisi minus 4,6 persen terhadap GTV pada kuartal-IV 2021.

Andrew melanjutkan dengan mengatakan bahwa GoTo memiliki potensi likuiditas tambahan dibandingkan dengan rekan-rekannya, karena merupakan satu-satunya perusahaan yang belum memanfaatkan potensi pembiayaan aksi korporasi melalui penerbitan sekuritas di pasar modal.

“SEA adalah salah satu putaran pendanaan pasca-IPO yang paling aktif. Dari 2017 hingga 2021, Sea telah menerima tambahan likuiditas hingga $16 miliar, menjadikan Sea Group sebagai yang terdalam di kantong,” jelas Andrew.

BACA JUGA : Rp7,5 Juta Saldo DANA Gratis Langsung Cair, Hanya Main HP!

Sementara itu, CFO GoTo Group Jacky Lo mengatakan perusahaan berada di jalur yang tepat untuk memberikan EBITDA yang Disesuaikan pada kuartal keempat tahun 2023.

Dia menekankan bahwa GoTo memiliki arus kas operasi yang positif berdasarkan perkiraan pengurangan 60-65 persen dalam pembakaran kas tahunan pada tahun 2023. “Group Adjusted EBITDA kuartal IV 2022 minus Rp3,1 triliun atau minus 1,9 persen year-on-year (joy) dari GTV 2022. Peningkatan 52 persen year-on-year,” ujarnya.

Andrew juga mengatakan, saat ini, sedang terjadi peningkatan kondisi ekonomi secara global. Hal ini berdampak besar terhadap peningkatan kondisi operasional perusahaan yang bergerak dalam sektor teknologi.

“Saat ini, peran likuiditas merupakan hal yang utama. Mulai tahun lalu, suku bunga sangat tinggi memberikan dampak dalam peningkatan risiko likuiditas bagi korporasi,” ujarnya.”

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan