JABAR EKSPRES – Banyaknya berita kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) beberapa minggu terakhir ini tentu membuat sebagian dari kita merasa was-was ketika akan memilih calon pasangan, terutama untuk wanita. Para wanita harus mengetahui sejak awal ciri-ciri pasangan yang berpotensi melakukan KDRT di masa mendatang.
KDRT tak selalu soal kekerasan fisik, bisa juga berbentuk kekerasan sosial maupun verbal. Ciri-ciri pasangan yang akan melakukan KDRT di masa mendatang biasanya bermula dengan seringnya dia berbicara kasar.
Berbicara kasar juga tak melulu bermaksud untuk menyakiti, namun bisa juga merupakan sebuah ungkapan kekesalan atau bahkan kegirangan. Hal tersebut bisa menjadi pertanda awal jika pasanganmu berpotensi melakukan KDRT.
Dilansir dari Antara, Psikolog klinis Anggiastri Hanantyasari Utami mengatakan, ada beberapa hal yang bisa dipertimbangkan sejak awal sebelum menentukan pasangan, khususnya pasangan hidup, demi mengantisipasi terjadinya KDRT.
“Ketika kita mau objektif dan peka, sebelum menentukan pasangan hidup ada beberapa hal yang bisa kita amati sejak dini,” terang Anggiastri kepada Antara, Kamis (13/10).
Dia menjelaskan, kekerasan dalam rumah tangga adalah hal yang menjurus kepada isu kesehatan mental, bisa dalam bentuk kekerasan fisik, kekerasan ekonomi dengan tidak memberikan nafkah, kekerasan seksual dalam rumah tangga, maupun kekerasan secara psikologis.
Lalu, seperti apa tanda pasangan kita berpotensi melakukan kekerasan? Berikut adalah Tanda-Tanda Pasangan Berpotensi Lakukan KDRT :
Menurut psikolog di LPDK Kemuning Kembar dan Omah Perden, pertama adalah seringkali dia merendahkan kita baik secara personal maupun ketika di depan umum. Ciri lainnya adalah tidak mampu mengkomunikasikan dan menyelesaikan masalah berdua dengan baik bahkan cenderung menghindari atau kabur dari masalah.
Kemudian, perhatikan apakah pasangan sering menggunakan kata-kata kasar saat menyampaikan keluhannya. Hal lain yang harus diwaspadai adalah ketika pasangan memaksakan kehendak pada pasangannya seperti mengatur apa yang seharusnya dilakukan pasangan tanpa mau mendengar kebutuhannya.
Hati-hati juga bila pasangan merasa berkuasa dan merasa paling benar. Hal ini perlaku untuk laki-laki maupun perempuan.
“Ini ditandai dengan sering menyalahkan pasangan atas sikap dan perilaku kasar yang dilakukan dilanjutkan dengan mengatakan bahwa pasangan pantas mendapatkan hal tersebut,” jelasnya.