Beragam Suku dan Agama Tetap Rukun Bersama di Kampung Toleransi di Bandung

BANDUNGKota Bandung dengan beragam perbedaan ras, suku hingga agama tak menjadikan masyarakatnya berpecah belah khususnya dengan adanya kampung toleransi.

Rasa saling toleransi, ketentraman dan keamanan masyarakat dalam beribadah tergambar nyata di wilayah Kecamatan Lengkong, Kota Bandung yakni di Kampung Toleransi.

Ketua RW02 Kelurahan Paledang, Kecamatan Lengkong sekaligus Ketua Kampung Toleransi, Rini Ambarwulan mengatakan, kebersamaan di wilayahnya tetap terjaga meski terdapat beragam suku dan agama.

“Dari dulu di wilayah sini memang sudah rukun, hidup bermasyarakat bersama walaupun beda agama dan terjaga kerukunannya sampai sekarang,” kata Rini pada Jabar Ekspres saat ditemui di kediamannya, Rabu 21 Desember 2022.

Menurutnya, kebersamaan di tengah perbedaan warganya itu merupakan rasa yang timbul dari masing-masing orang, tanpa ada tuntutan maupun arahan.

“Setiap daerah juga di sini ada, dari Sumatera, Banten dan provinsi lain, tapi tetap rukun bersama,” ucap Rini atau akrab disapa Tince.

Dia mengaku, setiap peribadatan baik dari warga yang beragama Islam, Kristen maupun Hindu, tak pernah menimbulkan keresahan atau kegaduhan di wilayah.

Bagi Tince dan warga lainnya, peribadatan dan kepercayaan merupakan pegangan hidup masing-masing, yang perlu diperhatikan yakni saling menghargai serta menghormati.

“Di sini tempat beribadahnya juga berjajar berdekatan. Gereja sebelahnya ada Mesjid dan sebelahnya ada Vihara, Mesjid di tengah-tengah,” ujarnya.

Tince menjelaskan, tiga tempat beribadah setiap agama itu tidak dikonsep berdekatan, namun terbentuk seiring waktu.

“Gereja dibangun pas tahun 1933, kalau Vihara di tahun 1946, dan yang paling baru itu Masjid dibangun tahun 2014,” jelasnya.

Tince melanjutkan, untuk kesepakatan warga mengenai kawasan tersebut sebagai Kampung Toleransi, sudah disetujui bersama pada 2016 dan diresmikan Pemkot Bandung pada 2018 lalu.

“Kebetulan tanah wakafnya berada di tengah-tengah antara Gereja dan Vihara, jadinya berjajar di satu titik,” papar Tince.

Dia menyampaikan, untuk merekatkan hubungan warga di sana, setiap empat bulan sekali diadakan agenda bersama seperti donor darah.

“Kita juga ada agenda bersama. Jika ternyata ada agenda ibadah dalam satu hari bersamaan, kita bedakan waktunya, ganti-gantian,” tandas Tince.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan