Ancaman Gocapan

 

Amat Kasela

Silakan dibentuk dulu Perusuh Disway Regional Batam biar nanti jadi tuan rumah tahun depan

 

Fiona Handoko

bung mirza, membaca kampus bpk prof m nuh, joseph fourier university. mengingatkan akan matematika teori transformasi fourier, deret fourier. rumitnya teori bpk fourier membuat saya akan berpikir 2 kali utk studi teknik

 

Dodik Wiratmojo

CR7 paling merana,mimpinya blm terwujud, sejenak bs melupakan tragedi kanjuruhan yg ngambang sampai skrg

 

Purnomo Inzaghi

Ralat sedikit : Argentina sudah 36 tahun tidak juara dunia, bukan 30 tahun ya karena terakhir mereka juara tahun 1986 di era sang dewa Maradona. Saya dan banyak penggila bola pasti setuju bahwa final Piala Dunia 2022 adalah final yg dramatis heroik epic dan entah apalagi, dua tim terbaik dengan teknik nomor wahid menyajikan pertandingan seru yg sayang dilewatkan menit demi menitnya. Permainan berjalan tanpa ada pelanggaran serius, pertikaian dan kontroversi….wasit bahkan tidak tertarik untuk melihat VAR sekalipun, tanda tidak ada yg meragukan. Padahal pertandingan berjalan sampai extra time dan adu penalti, kedua tim tetap bermain spartan. Tapi biarlah, itu sudah lewat. Final taun ini akan dikenang sepanjang masa. Biarlah Kylian Mbappe kecewa hattrick nya gagal memenangkan Perancis…toh piala dunia kemarin ia sudah juara dan dengan usianya dia masih bisa main di piala dunia 2 atau 3 edisi berikutnya. Biarlah Messi memeluk trophy piala dunia, lengkap sudah karirnya. Dia adalah pemain bola dengan gelar paling komplit koleksinya, juara liga, piala dunia yunior, juara UEFA, juara UCL, piala super, piala dunia antar klub, copa america, pemain terbaik eropa, pemain terbaik dunia….rasanya tidak ada pemain bola manapun di muka bumi yg punya koleksi gelar sebanyak Messi. Sekarang akan bergulir Piala Dunia mini, versi ASEAN yaitu AFF Cup 2022. Yang akan bertanding timnas kebanggan kita, Indonesia. Seperti biasa target kita juara.

 

Mirza Mirwan

“Perancis napa Argentina, Pak?” tanya Udin, tetangga saya yang tukang batu, seusai jamaah Isya. Udin, yang nama di KTP-nya memang Udin, itu memang pecandu siaran bola di TV. Langsung atau tunda. “Perancis, Mas,” jawab saya. “Kok Perancis, Pak, mboten Argentina mawon?” “Ora! Mbuh menang mbuh kalah pokoke Perancis!” “Kula njagokke Argentina, Pak.” Ternyata jagoan Udin yang menang. Padahal saya menjagokan Perancis itu berdasarkan pertimbangan berikut: * Kedua tim diisi pemain yang hampir sama dengan yang berlaga di Piala Dunia 2018 di Rusia. * Pada 2018 itu kapten tim Perancis adalah Hugo Llorist yang penjaga gawang itu, sedang kapten tim Argentina Lionel Messi. * Pada 2018 Messi dan timnya ditekuk Perancis di babak 16 besar dengan skor 4-3. * Di Qatar Hugo dan Messi masih sama-sama menyandang ban kapten. Eh, di laga pertama Argentina sudah kalah dari Arab Saudi. Meskipun kemudian Perancis juga sempat dikalahkan Tunisia. * Perancis datang ke Qatar dengan status juara bertahan. Di final berhadapan dengan Tim yang sama yang pernah dikalahkan empat tahun sebelumnya. Begitu 120 menit selesai dan skor tetap 3-3, perasaan saya sudah tidak enak Hugo Llorist biasanya salah antisipasi bila menghadapi tendangan penalti. Dan begitulah, penendang kedua dan ketiga Perancis juga, meminjam istilah Pak Sabarikhlas, goblik. Maka Messi, sebagai kapten, sudah sejajar dengan Diego Maradona dan Daniel Passarella, bisa memenangi Piala Dunia buat Argentina.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan