BANDUNG – Masalah rentenir atau pinjaman dana dengan bunga yang mencekik, masih mengintai warga Bandung. Satuan Tugas (Satgas) Anti Rentenir Kota Bandung mencatat, 40 persen korban terjerat untuk modal usaha.
Sementara itu, sebanyak 20 persen, korban meminjam dana dari rentenir untuk penuhi kebutuhan sehari-hari. Kondisi tersebut lantas diperparah dengan bunga yang tinggi, alhasil, tak sedikit korban meminjam lebih dari satu jasa peminjaman tersebut.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Harian Satgas Anti Rentenir Kota Bandung, Sanji Sonjaya saat dihubungi wartawan Jabar Ekspres, pada Selasa 13 Desember 2022 sore.
“Biasanya untuk alasan yang kedua, mayoritas merupakan warga Bandung korban PHK (pemutusan hak kerja, red). Butuh uang untuk keperluan sehari-hari,” ungkap Saji.
Sementara sisanya, lanjut Saji, korban terpaksa meminjam uang itu untuk biaya kesehatan dan pendidikan. Karena menurutnya, tak semua warga Bandung, ternyata, belum terdaftar BPJS.
“Atau juga keperluan untuk biaya tunggu (rawat inap), perawatan, dan lain-lain,” lanjutnya.
Saji mengatakan, kendati biaya pendidikan saat ini gratis, kebutuhan akan pembelian seragam dan keperluan sekolah lainnya, nyatanya masih memberatkan orang tua. Sampai terpaksa meminjam ke ‘lintah darat’.
Terlebih, kata Saji, kenyataan itu diperparah lantaran korban meminjam dana dari sejumlah rentenir. “Bercabang, bukan di satu peminjam. Kadang meminjam lagi untuk menutupi utang sebelumnya,” jelasnya.
“Misal ada 10 utang ke beberapa rentenir, ini yang bisa digunakan untuk kebutuhan, paling di pinjaman ketiga,” tambah Saji.
Melihat kasus tersebut yang dirasa tak ada habisnya tersebut, pihaknya pun terus menggiatkan pencegahan dan bantuan. Salah satunya menerima pengaduan dari korban pinjaman utang.
“Selain menghadirkan upaya pengaduan, kami juga bergerak melalui penyuluhan atau sosialisasi terkait bahaya aksi rentenir,” ucap Saji.
“Sampai menyentuh RT/RW. Kami edukasi masyarakat menyoal koperasi, serta sosialisasi tentang keberadaan Satgas,” pungkasnya. (zar)