Durian Tarmidji

 

ALI FAUZI

Semua memang ada caranya. Ibaratnya, kita menarik benang yang terkubur dalam gunungan tepung tanpa meruntuhkan gunungan tepung itu. Itu sebabnya, Islam menasihati: Berdakwalah dengan cerdas dan bijaksana.

 

Pryadi Satriana

Saya rasa Pak Johan sudah tahu, bahwa manusia punya tanggung jawab “memayu hayuning bawono” atau pun “menyebarluaskan kebajikan” atau pun – dalam terminologi bahasa agama samawi – “menegakkan Tauhid/ Keesaan Allah.” Saya berkomentar karena ada kolom komentar dan ada yg perlu saya komentari, dan jg sudah dijelaskan bahwa Anda (siapa pun Anda) boleh setuju atau pun tidak. Saya melakukan yang perlu dilakukan dalam komentar saya dg ‘cara & gaya bahasa saya’, adapun tanggapannya terserah Anda masing-masing. Gitu aja. Salam. Rahayu.

 

Pryadi Satriana

Keyakinan yang mendasari praktik ciamsi adalah “meminta petunjuk ilahi”. Semua yang terkait ciamsi adalah rekayasa manusia. “Bermain-main dengan setan yang menyaru!” Neymar menangis sedih karena Brasil tersingkir dari piala dunia 2022. Saya sedih – walaupun saat ini ndhak menangis – karena Dahlan Iskan “membawa jamaah Disway dalam kemusyrikan.” Dahlan Iskan iku “ndendheng pol” – wuangel dikandani. Mugo2 ndhang sadar sebelum ajal menjemput. Aamiin. Salam. Rahayu.

 

yea aina

Buncis enak kalau dipake lalapan/ Memang pening dikala puan pede diusung/ Bisnis tidak perlu segede gaban/ Yang penting ada cuan segede gunung/ @mantuncuan

 

Leong putu

Iwak teri sayur sawi/ Ada buncis juga kemiri / Cerita ngeri ngunung kawi / Penuh mistis juga misteri / …. 365_ mantun gunung.

 

Johan

“Jalan kesuksesan ada di tangan anda sendiri, bukan di gunung Kawi.” Ini komentar bapak angkat saya dulu, ketika saya mengutarakan niat mau ke gunung Kawi untuk “memohon” kesuksesan, tentu kesuksesan dalam maksud menjadi lebih kaya dan makmur. Ini mengingatkan saya pada sebuah bacaan, sesepuh bangsa Tionghoa zaman dulu memiliki semboyan: Ming zai wo bu zai tian (命在我不在天). Artinya kurang lebih: Takdir ada di tangan kita sendiri, bukan di tangan mahluk adi kodrati. Semboyan ini tidak bisa disimpulkan bahwa sesepuh itu anti atau tidak percaya takdir Tuhan. Karena dari konsep ketuhanan saja mereka sudah berbeda dengan konsep dari agama samawi. Pandangan hidup seperti itu mengartikan seseorang harus mandiri dalam menghadapi gelombang dan problematika hidup, beserta tujuan apa yang ingin dicapai, yang sesuai kemampuan diri. Tingkat kemampuan menyesuaikan diri dengan segala perubahan yang akan menjadi pembeda tingkat kualitas seseorang. Ini sebagai kritik terhadap orang yang “memanipulasi dan bersekongkol” dengan “mahluk adi kodrati” demi menghapus karma buruk, menyelewengkan hakikat untuk kepentingan pribadi. Ini yang banyak terjadi, dari zaman dulu sampai zaman kini. Hidup itu sederhana, yang tidak sederhana itu adalah keinginan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan