“Meski berseragam. Dia enggak pernah, kayak, malu atau apapun juga. Ngobrol saja kayak biasa. Paling rendah hati. Rekan saya,” ungkapnya. Mata yang berkaca-kaca itu diusap beberapa kali olehnya.
Optimisme Lahir dari Ketakutan
Ketakutan hanya terjadi pada hari kemarin. Sementara saat ini, sehari usai teror bom bunuh diri. Sedikitpun, Suherman tak ingin merasakan hal demikian lagi.
Menurutnya, apabila masih diselimuti rasa takut. Segalanya cepat atau lambat bakal ikut terdampak. “Mulai dari usaha sampai kesehatan. Tapi, ya sudah. Biasa lagi,” jelas Suherman
Kini sorotan justru, olehnya, dilayangkan pada keseriusan pemerintah untuk menanggulangi. Mereka harus berbenah dan mulai fokus kembali.
“Mulai dari keamanan. Jangan lagi-lagi teledor. Harapan kita sebagai rakyat kecil, seperti itu. Sekaligus jadi bisa menghargai perjuangan dia (mendiang Aipda Sofyan). Kebaikan dia, wajiblah kita hargai,” pungkasnya. (zar).