BANDUNG – Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat (Jabar) kembali menyelenggarakan Festival Tunas Bahasa Ibu atau FTBI untuk revitalisasi bahasa daerah Jabar. Rencananya, kegiatan ini akan diikuti oleh 756 peserta, yaitu siswa SD dan SMP dari berbagai kabupaten dan kota di Jawa Barat. FTBI tahun 2022 akan diselenggarakan di Kabupaten Pangandaran, tanggal , 30 November-1 Desember 2022.
Menurut Dr. Syarifuddin, M.Hum, Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, FTBI merupakan rangkaian dari pelaksanaan program Revitalisasi Bahasa dan Sastra Daerah (RBD) sebagai wujud implementasi program Merdeka Belajar Episode 17. Sejak awal kegiatan RBD, Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat berkomitmen untuk menyajikan data yang akurat, lengkap, terperinci, dan selalu terbarukan.
“Data yang akurat merupakan hal yang penting untuk mengukur keberhasilan program RBD. Oleh karena ini, kami mengolah data sampai hal terkecil menggunakan aplikasi komputer. Ada dua puluh komponen data yang kami catat. Nantinya, data-data tersebut dapat dimanfaatkan oleh semua pihak, bukan hanya disimpan di Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat,” kata Syarifuddin, Senin 28 November 2022.
Dr. Syarifuddin menjelaskan lebih lanjut bahwa data-data tersebut dihimpun dari berbagai sumber. Selain data dari kegiatan yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, ada juga data dari MGMP dan KKG di setiap kabupaten/kota. survei daring terhadap ribuan guru bahasa daerah, survei daring terhadap puluhan ribu siswa di Jawa Barat, dan sebagainya.
“Sebagai contoh, imbas dari RBD adalah penyelenggaran FTBI di tingkat kabupaten/kota. Jadi kami juga mencatat semua yang terlibat dalam kegiatan tersebut seperti nama-nama peserta, juri, pelatih, dan guru. Jumlahnya puluhan ribu. Dengan demikian, kita bisa melihat proses dari tingkat sekolah sampai tingkat provinsi melalui data-data tersebut,” imbuh Dr. Syarifuddin.
Berdasarkan data yang telah dihimpun Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, ada 2.094.596 (sekitar 30%) siswa di Jawa Barat menerima manfaat RBD. Namun, beberapa kabupaten/kota menunjukkan jumlah yang cukup rendah, seperti Kota Depok, Kab. Indramayu, dan Kota Bekasi. Hal ini berhubungan dengan pelajaran dan bahasa daerah yang digunakan di kabupaten/kota tersebut.