Jabarekspres.com – Pola permainan Manchester United belakangan menjadi sorotan para pencinta sepakbola. Banyak yang mengecam pola permainan Setan Merah itu setelah hanya menang tipis 1-0 melawan Real Sociedad pada laga fase grup Liga Eropa, Jumat 4 November 2022 lalu dini hari WIB.
Sang legenda Paul Scholes pun ikut mengkritisi pola permainan skuad asuhan Erik ten Hag tersebut. Bahkan saking bapuknya bermain, ia menilai Manchester United seperti bermain di devisi empat Liga Inggris.
Diketahui, Setan Merah, julukan Manchester United, hanya menang 1-0 atas Real Sociedad dalam laga Liga Eropa. Gol semata wayang itu hanya dilesatkan oleh Alenjandro Garnacho.
Statistik menunjukkan Manchester United kalah agresif ketimbang Sociedad. Tim besutan Erik ten Hag hanya bisa menorehkan 4 shoots (1 on target), kalah jauh daripada tim tuan rumah yang mencatatkan 13 kali tembakan percobaan (4 on target).
Selain itu, MU lebih menguasai bola dengan 53 persen ball possessions berbanding 47 persen milik Sociedad. Casemiro cs juga unggul dalam operan bola (460 berbanding 412).
Permainan yang ditampilkan Manchester United di markas Real Sociedad rupanya tidak membuat Paul Scholes terkesan. Legenda MU itu justru menilai Setan Merah berantakan di babak kedua
Scholes terutama geram saat MU memasukkan bek dan kapten tim, Harry Maguire, sebagai penyerang di babak kedua. Strategi itu dinilainya tidak sopan dan menyamakan MU dengan tim divisi tiga dan empat Inggris.
“Babak kedua tampak agak berantakan, tidak ada plan. Rencananya adalah mengirim dia ke depan untuk mencari bola kedua – itu sedikit mirip League One, League Two bagi saya. Mungkin sedikit tidak sopan,” kata Scholes.
“Saya tidak begitu yakin apa yang dia coba lakukan. Itu dimulai dengan pergantian Victor Lindelof. Mereka memegang kendali penuh sampai dia pergi,” sambungnya.
“Casemiro bermain ke belakang, lalu Marcus [Rashford] masuk menggantikan Donny Van de Beek dalam peran No 10. Itu bukan posisinya. Rashford mestinya bermain melebar, dia perlu mendapatkan ruang,” imbuhnya.
“Ini hanya menjadi permainan bola yang panjang – dan saya setuju untuk itu. Ini bisa berhasil – tetapi babak kedua benar-benar berantakan setelah memegang kendali di babak pertama,” Paul Scholes mengungkapkan.