BANDUNG – Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dinkes Jabar) menyebutkan saat ini sudah ada 16 Kematian yang diakibatkan oleh penyakit Gagal Ginjal Akut Progresif.
Kepala Dinas Jawa Barat Nina Susana Dewi mengatakan, dari jumlah kematian itu, tercatat 41 kasus pasien yang menjalani perawatan akibat penyakit gagal ginjal akut progresif.
“Jadi Sampai kemarin di jabar kasus nya ada 41. Dan yang meninggal ada 16 (orang),” ucap Nina kepada wartawan di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Rabu (26/10).
Selain itu, untuk kasus sebaran penyakit Gagal Ginjal Akut terus mengalami peningkatan dari sebelumnya hanya 35 pasien saat ini mencapai 41 orang.
Nina memaparkan, Zat Etielen Glikol dan Dietilen Glikol sebetulnya bukan satu-satunya penyebab dari penyakit gagal ginjal akut itu. Sebab dimungkinkan ada penyebab lainnya.
‘’Sampai saat ini masih dalam penelitian dari penyebab penyakit Gagal Ginjal Akut Progresif tersebut,’’ ujarnya.
Kendati begitu, pemerintah sudah melakukan upaya pencegahan dengan melakukan larangan penjualan obat sirup yang mengandung Zat Etielen Glikol dan Dietilen Glikol.
“Saya enggak bisa banyak bicara soal itu, intinya surat edaran (SE) Kemenkes sudah dilayangkan dan tidak semua sirup (obat-obatan) tidak boleh (digunakan),” ujarnya
Kepada masyarakat Nina menghimbau, untuk tetap mengikuti anjuran pemerintah dalam mengantisipasi terjadinya penambahan kasus.
Jika masyarakat menemukan gejala, maka harus segera diperiksa kedokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Sementara, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, sampai saat ini masih menunggu hasil penelitian dari tim ahli terkait dengan penyebab awal penyakit tersebut.
“Jadi ini terus sedang dikaji sumber utamanya. Tapi dugaan terhadap obat buat anak-anak (obat sirup) itu salah satu suspek utama,” ungkap Emil sapaan akrab Gubenur Jabar.
Kendati begitu, pihaknya sudah mengintruksikan seluruh jajaran Dinas Kesehatan di daerah untuk melakukan antisipasi sebaran penyakit itu.
Kang Emil menambahkan, Pemdaprov Jabar sudah memiliki gugus tugas untuk menangani penyakit itu. Sehingga, untuk melakukan sosialisasi pencegahan labih terarah.
‘’Kita akan berikan edukasi, menyiapkan obat, memastikan korban tidak bertambah,” pungkasnya. (san/yan).