bank bjb Raih Penghargaan Gubernur Jabar, Sejahterakan Petani Melalui Pembiayaan Sistem Resi Gudang

Jabarekspres.combank bjb meraih penghargaan dari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil selaku Pembina Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Jawa Barat atas dukungan dalam memfasilitasi akses keuangan kepada petani melalui pembiayaan sistem resi gudang.

Penghargaan yang diraih bank bjb diserahkan secara langsung oleh Gubernur Jawa Barat dalam rangka optimalisasi S-SRG di Jawa Barat pada acara “Panen Raya Benih Padi” di Koperasi Tabur Benih Melati, Desa Bojong Tengah, Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Rabu (12/10).

Kegiatan tersebut bertujuan untuk mendukung Jawa Barat sebagai Provinsi Juara Benih di Indonesia dengan tema “Benih Juara Untuk Indonesia Juara”.

Hadir langsung dalam kesempatan tersebut Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Bupati Subang Ruhimat, Kepala OJK Kantor Regional 2 Jawa Barat Indarto Budiwitono, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat Dadan Hidayat, Pemimpin Divisi Kredit UMKM bank bjb Denny Mulyadi, Ketua Asosiasi Perbenihan Tanaman Pangan Jawa Barat Otong Wiranta.

Sistem Resi Gudang
Penghargaan di raih bank bjb atas dukungan dalam memfasilitasi akses keuangan kepada petani melalui pembiayaan Sistem Resi Gudang

Pemimpin Divisi Corporate Secretary bank bjb, Widi Hartoto mengatakan bank bjb sebagai mitra strategis pemerintah ikut mendukung upaya meningkatkan kesejahteraan petani melalui beragam kemudahan, salah satunya melalui pembiayaan sistem resi Gudang.

Kredit Skema Resi Gudang (S-SRG) adalah fasilitas pinjaman yang mendapatkan subsidi bunga dari pemerintah dengan jaminan resi gudang yang diberikan oleh bank kepada petani, kelompok tani, gabungan kelompok tani, dan koperasi.

bank bjb senantiasa mendukung pemerintah untuk mensejahterakan petani melalui berbagai fasilitas pembiayaan yang mudah dan cepat, salah satunya dengan menyalurkan Kredit Skema Resi Gudang (S-SRG) bagi para petani,” ujar Widi.

Menurut dia, petani kerap menghadapi masalah pembiayaan untuk modal kegiatan produksi pertanian. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan hanya 15 persen petani Indonesia yang memiliki akses pada pembiayaan formal.

Kondisi itu membuat banyak petani terpaksa memilih mendapat pinjaman bunga tinggi dari para tengkulak yang juga membeli hasil petani dengan harga rendah.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan