TEPUK tangan dari penonton DjarumCoklat Dot Com (DCDC) Pengadilan Musik terdengar riuh, seusai Soni Bebek selaku Panitera memanggil para terdakwa yang baru balik dari eropa, Lucidia untuk menuju kursi persidangan.
Band asal Pulau Dewata Bali itu, memang baru saja pulang dari eropa, tepatnya Jerman. Dimana unit metal tersebut selesai berkompetisi dan mewakili Indonesia di ajang W:O:A Metal Battle.
Dipimpin oleh seorang Hakim yakni Man (Jasad), Mereka diadili oleh dua Jaksa Penuntut, yaitu Budi Dalton dan PidiBaiq. Sementara kursi Pembela diisi Yoga (PHB) dan Andre Vinsens (Jeruji).
Berlangsung di Kantin Nasion Rumah The Panas Dalam, Jalan Ambon No. 8A, Bandung, pada Kamis (23/9). Kedua jaksa penuntut, sempat menanyakan perihal apa itu genre metal bagi Lucidia?
“Metal itu dimana kami bisa meluapkan segala apa yang kami rasakan. Itu merupakan tempat yang tepat,” ungkap penabuh drum Lucidia, Monot.
Sementara itu, saat disinggung menyoal penampilan mereka yang mewakili Indonesia di Jerman, rasa tidak percaya diri (PD) sempat merundung personil band asal Bali itu.
“Awalnya tidak PD saat mengsubmit karya,” jelas Monot sambil terkekeh.
Perlu diketahui, perjalanan Ludicia yang berhasil keluar sebagai representasi Indonesia di ajang W:O:A Metal Battle, Jerman. Bukannya tanpa rintangan. Mereka lolos usai menumbangkan sebanyak 387 peserta W:O:A Metal Battle Indonesia 2022.
Lalu, saat tampil di Jerman, Lucidia benar-benar menunjukkan representasi Indonesia tersebut. Yakni memadukan unsur kebudayaan Bali saat membawakan lagu cadasnya. Dimana ada peragaan seni barong di atas panggung.
Jaksa penuntut umum, Pidi Baiq, bahkan melayangkan pujian kepada mereka. “Ternyata metal itu tidak harus tampak menyeramkan. Tapi juga bisa indah,” sanjungnya.
Kendati begitu, Surayah, sapaan akrab Pidi Baiq, tidak lupa menanyakan berkenaan dengan langkah dan visi selanjutnya dari Lucidia. Lantas, apa yang ingin ditampilkan?