Kronologi Lengkap Pencabulan Bocah 10 Tahun oleh Kepala Sekolah di Medan, Miris

Dia menyebut kejadian pemerkosaan itu tejadi tak berapa lama setelah anaknya belajar dari sekolah. Saat itu, kata I, anaknya awalnya dibawa oleh tukang sapu sekolah ke suatu tempat.

Di sana, korban diduga dibius dengan serbuk berwarna putih yang dimasukkan ke dalam botol minum anaknya. Setelah itu, korban lalu dipaksa oleh tukang sapu tersebut untuk meminum minuman itu.

“Habis tu dikocoknya, dipaksanya anak saya minum sampai habis. Jika tidak, diancam,” ujarnya.

Setelah dipaksa minum, tulang sapu itu lalu melakban mulut korban dan mengikat kakinya. Kemudian, korban lalu diboyong menuju sebuah gudang diduga untuk diperkosa. Setibanya di gudang, peristiwa pencabulan diduga sudah terjadi, oknum kepala sekolah itu keluar dari dalam.

I menduga kepsek tersebut menjadi orang yang menyiapkan tempat untuk mengeksekusi korban. Di dalam gudang, korban diletakkan oleh tukang sapu di sebuah meja dalam keadaan tak sadarkan diri seusai dicekoki minuman.

Setelah meletakkan korban, tukang sapu itu lalu keluar menyusul oknum kepsek yang tengah berjaga di depan pintu itu. Tak lama setelah itu, masuklah oknum pimpinan sekolah ke dalam gudang.

“Setelah tukang sapu tadi keluar dia berdiri jaga pintu sama kepsek tadi. Lalu masuklah si pimpinan tadi,” ujarnya.

I mengaku saat kejadian tersebut, pintu gudang itu dalam kondisi terbuka. Bahkan, saat itu, adik korban yang juga bersekolah di sekolah tersebut turut melihat kejadian yang menimpa kakaknya.

“Pintu terbuka, disaksikan adiknya dari lantai 2, kata adiknya yang dilakukan pelaku itu seperti yang dibuat bapak (pencabulan,red),” sebutnya.

Tak lama setelah itu, oknum pimpinan sekolah lalu keluar dari gudang. Selanjutnya, oknum kepala sekolah yang masuk ke gudang yang disebut korban berada. Setelah kepsek keluar dari gudang, dilanjutkan oleh tukang sapu tersebut yang masuk.

“Setelah keluar pimpinan tadi, masuklah kepsek. Setelah kepsek keluar, lalu masuk tukang sapu tadi. Saat itu, anak saya masih belum sadarkan diri,” ujarnya.

Adik korban yang melihat kejadian itu, lalu menemui seorang guru di sekolah itu untuk melaporkan peristiwa tersebut. Sontak guru dan adik korban langsung menuju ke gudang untuk melihat apa yang terjadi. Namun, saat itu gurunya meminta anak tersebut agar berjalan dengan perlahan-lahan agar tidak ketahuan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan