Tao Lie
Setahu SPBU VIVO di Tangerang juga ada dekat perumahan Modern.
Liam Then
Di kota saya yang ibukota provinsi, tak punya motor,atau mobil. Istilahnya “patah kaki”. Kemana-mana susah. Karena tak ada sistem transportasi umum yang bekerja. Mau naik sampan ,parit sudah dangkal, sempit. Jangankan sampan, ikan saja sudah ogah tinggal di situ. Jadi yah… begitulah. Di Negara maju, master plan pengembangan wilayah dan transportasi , cara orang berpindah, semuanya di serahkan kepada ahlinya. Tujuan nya supaya lancar, rapi aman,tidak macet,efisien,indah,nyaman dan sebagainya. Ahlinya harus yang mantab, world class. Tak gengsi jika harus sampai sewa orang luar. Di negara berkembang yang koruptif, master plan pengembangan wilayah kota, transportasi,semuanya di serahkan kepada ORANG SENDIRI. Hasilnya ? Mohon maklum, ala kadarnya. Di negara gagal , lain lagi, master olan pengembangan wilayah dan transportasi. Diserahkan kepada Alam dan Yang Maha Kuasa. Mari bersama-sama berdoa dengan takjim, supaya level kepemimpinan di negara kesayangan kita ,tak sampai ke level yang terakhir diatas.
Agus Suryono
SAMA SAJA.. Beli Pertalite Rp 20.000, atau beli 2 liter, harusnya sama saja. Karena yang menghitung KONVERSI, dari RUPIAH ke LITER, dan atau LITER ke RUPIAH adalah CPU. Bukan OPERATOR atau petugas SPBU. Bahkan saat PENYALURAN BBM ke tangki, yang MENTRIGER on/off sampai sesuai kemauan PEMBELI adalah juga CPU. Jadi, pilihan 1 atau 2, keduanya SAMA SAJA..