Siapa Membunuh Putri (1)

Ia nyengir saja. Katanya, “Yah, tahulah Bang Jon itu Kapolres bayangan di kota ini…”

Bang Jon keluar dari sel sambil meringis dan mengusap-usap tangannya.

”Kekencengan, Rek…” katanya.

”Sudah kamu catat semua, Dur?” tanyanya padaku. Saya mengiyakan. “Nanti kamu tulis beritanya ya, pakai kode kita berdua. Bagian yang aku mukuli maling itu jangan kamu tulis…” katanya.

Di buku laporan itu saya sempat baca banyak catatan laporan kejadian lain yang buat saya sebagai wartawan sangat menarik. Ada pencurian di kompleks polisi, ada cewek karaoke yang lapor disiksa sama oknum polisi, ada perempuan yang laporkan penipuan oleh orang Singapura. Saya mencatat semuanya.

Saya bertanya pada Bang Jon, “kalau berita-berita yang lain itu mau saya tulis, kita konfirmasi dulu ke siapa ya, Bang?”.

Bang Jon malah melarang saya menulis berita itu. Dia bilang tulis yang maling motor di karaoke Abigail itu saja.

Tanda tanya di belakang kalimat siapa Jon ini makin besar di kepala saya.

Hari pertama yang tak pernah kulupakan. Tapi sejak itu, sosok Bang Jon di mataku mulai menjadi monster yang menakutkan. Dia lebih polisi ketimbang wartawan. Bahkan lebih polisi dari polisi (Dahlan Iskan & Hasan Aspahani – bersambung)

 

Komentar Pilihan Dahlan Iskan Rani Jaringan

dabaik kuy

… gak byk anak muda rajin spt rani… kenapa? krn cukup jd relawan mas jo maka sdh bs jadi komisaris bumn yg gajinya 100 jt …. lalu kenapa hrs repot2 kerja keras + belajar keras spt rani?

 

Condro Mowo

Asyik memang “meneliti” .Seperti juga Rani. Dulu saya berkeinginan juga (saat SLTA/SMA). Di laboratorium sekolah itu, pelajaran kimia, saya begitu heran dan tertarik kok bisa : “… blukuthukk.. blukuthukk…” saat terjadi reaksi kimia, basa dengan asam , atau asam dengan oksida dsb. Apa menyebabkan itu terjadi…? Sekarang, saya ‘meneliti’ ( ditulisan p.Dahlan ini) ada lebih dari sepuluh/sebelas akhiran baru di blantika grammar Indonesia: nyi… betulkah ada yang baru seperti yang diteliti Rani…

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan