JABAREKSPRES.COM – Tertawa merupakan implementasi dari sebuah kebahagiaa. Namun ternyata tertawa berlebihan akan bisa mematikan hati. Apa maksudnya mematikan hati? Lalu bagaimana sebaiknya kalau mau tertawa?
Dalam agama islam, seluruh lini kehidupan manusia ada tuntunannya, tak terkecuali dalam hal tertawa. Islam memiliki adab-adab yang baik untuk tertawa.
Adab tertawa dalam Islam harus betul-betul diperhatikan oleh seorang muslim dan muslimah. Ada beberapa adab tertawa yang dianjurkan Rasulullah.
Adab tertawa dalam Islam bukan berarti melarang untuk tertawa. Dibolehkan untuk tertawa dan bersenda gurau dengan orang-orang terdekat kita, karena Rasulullah bersenda gurau dengan sahabat-sahabatnya.
Seperti yang disebutkan dari Anas bin Malik bahwa Nabi Saw menyuruh seorang pria menaiki anak unta, maka orang itu berkata,
“Apa yang akan saya perbuat terhadap anak unta betina ini?” Lalu Rasulullah bersabda,
“Bukankah unta betina itu akan melahirkan unta jantan?” (HR. at-Tirmidzi)
Bagi orang-orang yang memperhatikan kehidupan Rasulullah SAW, maka ia akan mengetahui bahwa Rasulullah adalah pribadi yang suka senda gurau dan tawa. Inilah yang menjadi pelajaran adab tertawa dalam Islam.
Akan tetapi beliau bukanlah pribadi yang banyak tawanya sebagaimana diriwayatkan dari Jabir bin Samurah, ia berkata,
“Bahwa pada kedua betis Rasulullah terdapat kehalusan dan bahwa beliau tidak tertawa kecuali tersenyum.” (HR. Ahmad).
Rasulullah dalam senda guraunya tidak berkata-kata kecuali kebenaran, sebab seorang Mukmin perlu menghibur diri untuk mengusir kejenuhan dan memperbaharui semangat.
Para sahabat Rasulullah sering berkumpul hingga mereka saling tertawa dan senda gurau antar satu dengan yang lainnya.
Namun senda gurau dan tertawa yang mereka lakukan tidaklah berlebihan.
Nabi telah menjelaskan bahwa ketika kita banyak tertawa, sesungguhnya itu akan melenyapkan fungsi hati. Banyak tertawa akan mematikan hati kita yang mulanya hidup. Rasulullah bersabda,
“Janganlah engkau mempebanyak tawa, karena sesungguhnya banyak tawa akan mematikan hati.” (HR. at-Tirmidzi)
Dikutip dari Islampos, yang dimaksud dengan mematikan hati adalah menjadikan hati lalai dari mengingat Allah dan kehidupan akhirat.
Dan sesungguhnya ketika hati manusia lalai dari mengingat Allah, maka sesungguhnya kematian lebih dekat daripada kehidupan itu sendiri.