Fakta Mesin Pencari Gatotkaca, Benarkah buatan Kominfo?

Jabarekspres.com – Warganet saat ini tengah memperbincangkan mesin pencari asli Indonesia bernama Gatotkaca yang katanya buatan Kominfo. Benarkah?

Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Jhonny G. Plate dalam podcast milik Deddy Corbuzier pada awal Agustus lalu sempat membicarakan mesin pencari Gatotkaca tersebut.

“Saya pada saat menjadi menteri pertama saya panggil tim. Saya panggil tim, bisa enggak kita membuat search engine. Name it Gatotkaca,” ujar Johnny.

Salah seorang netizen Twitter dengan akun bernama @lantip mengunggah tweet dan berpendapat mengenai mesin pencari seperti Google tersebut dikutip dari Tirto.

“Alhamdulillah akhirnya bisa rilis. rilis di hari jumat adalah semangat pi in is. silakan, mesin pencari karya anak bangsa, demi mendukung pak plate. https://gatotkaca.mooo.info,” kata @lantip.

Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi pun mengatakan rencana tersebut patut untuk didukung dan diapresaisi. Ia menyarankan agar Kominfo mengadakan sayembara untuk anak bangsa dalam membuat mesin pencari.

Namun pihak Kominfo hingga kini belum menyiapkan pengembangan teknologi Gatotkaca karena cukup sulit dan biayanya mahal.

Menurut Heru pun rencana tersebut serba mungkin apabila ada dorongan besar dari pemerintah dengan langkah cepat serta menyerap peran anak bangsa secara maksimal.

Search Engine Gatotkaca bertujuan untuk menjadi situs pencari karya anak bangsa.

Namun, tidak seperti situs pencarian lain yang menyediakan segudang informasi, mesin pencari Gatotkaca hanya menampilkan satu jawaban.

Situs web mesin pencari Gatotkaca  hanya merespons dengan ‘Ya ndak tahu kok tanya saya’ untuk setiap pencarian di kolom pencarian.

Kata-kata ini adalah pernyataan Presiden Jokowi yang menjadi viral.

Situs pencarian Gatot Kaca tampaknya tidak dibuat untuk bersaing dengan Google atau situs pencarian raksasa lainnya.

Situs ini dibuat untuk tujuan hiburan dan pemerintah tidak pernah ragu untuk  memblokir situs yang tidak terdaftar di Kominfo PSE.

Kominfo mengklaim bahwa banyak anak bangsa yang membuat website serupa dan kemudian membuatnya tersedia untuk umum.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan