JabarEkspres.com – Jika kebetulan kamu merupakan seorang warga Bandung dan senang mendaki, maka setidaknya kamu pasti pernah hiking ke Gunung Manglayang.
Ya, Gunung Manglayang merupakan salah satu destinasi wisata yang kerap disambangi orang-orang ketika berada di Bandung Timur.
Meski tidak setenar Gunung Mahameru, misalnya, Gunung Manglayang juga memberikan jalur pendakian yang cukup menyenangkan.
Gunung yang terletak di perbatasan Sumedang dan Bandung itu tetap memberikan sensasi tersendiri bagi para pendaki.
Yang menarik dari gunung ini adalah bahwa kamu akan menemukan sesuatu yang janggal.
Jika kamu pergi melakukan pendakian ke Gunung Manglayang, maka kamu akan menemukan dua puncak utama.
Di puncak kedua, kamu akan mendapatkan pemandangan yang sangat memanjakan mata.
Setidaknya, di puncak kedua Gunung Manglayang, kamu bisa menatap secara langsung wilayah Bandung yang dikelilingi pegunungan, mirip seperti mangkok.
Namun, jika kamu melakukan pendakian lebih lanjut ke puncak utama, maka kamu tidak akan melihat pemandangan indah seperti yang ditawarkan puncak kedua Gunung Manglayang.
Di puncak pertama gunung ini, kamu hanya dikelilingi pepohonan tinggi menjulang. Tentu, juga hawa dingin yang menusuk.
Akan tetapi, tidak hanya itu. Di puncak pertama gunung ini kamu akan menemukan sesuatu yang tak biasa.
Di sana kamu akan mendapati sebuah kuburan panjang.
Kuburan Panjang
Hingga sekarang, tidak ada yang mengetahui asal-usul kuburan itu. Dengan begitu, kuburan yang berada di puncak gunung ini mengundang banyak pertanyaan.
Kuburan itu tergelar tanpa batu nisan. Ia lebih panjang ketimbang ukuran kuburan pada umumnya.
Meski tidak lebih dari 1.500 meter di bawah permukaan laut, namun siapa yang orang berada di dalam kuburan itu.
Kuburan tersebut sudah banyak diketahui oleh para pendaki yang menjajakan kaki ke puncak gunung ini.
Meski begitu, tidak pernah ada yang tahu siapa yang berbaring di dalam kuburan tersebut.
Jangan lupa, jalur menuju puncak gunung ini bisa dibilang terjal, baik itu melewati Baru Beurem ataupun Batu Kuda.
Membawa ransel untuk bisa mendaki gunung ini saja sudah kerepotan, lantas bagaimana bila membopong jenazah?