Warga Prasejahtera Kota Bandung Kesulitan Bansos

“Sekarang dapat Rp50 ribu aja susah, sepi yang beli. Pengeluaran sehari kadang 30-40 ribu buat makan. Kalau enggak ada sama sekali paling mi aja yang dimasak, yang dijual sering dipakai juga, habis mau gimana lagi,” tutur Oo.

Dalam kesehariannya, dia mengandalkan jasa mencuci, meski memiliki pelanggan yang terbilang jauh dari tempat tinggalnya. Sedangkan suaminya, terkadang bekerja seminggu penuh sebagai kuli bangunan dalam usia rentanya.

“Saya enggak dapat bansos. Itu sakitnya. Kenapa orang yang rumahnya besar, ada mobil, segala punya, motor dua dapet beras dan segala macem. Model (orang enggak punya) seperti nenek enggak ada, dari dulu enggak pernah dapet,” keluh Oo.

Untuk makan pun, Oo seringkali mengandalkan pasokan dari warungnya sendiri. Karena penghasilan miliknya habis dibayarkan oleh hutang. Dengan pengeluaran per hari Rp30 sampai 40 ribu, Oo beserta keluarga mengandalkan bahan makanan seadanya.

“Mau minta ke anak, malu. Ni kalau dikumpulin ke mana dulu, ah paling ke beras aja. Ke mi paling. Paling gede penghasilan warung dapet Rp60 ribu sampai malem (jualan) dari jam lima subuh,” katanya.

Oo berharap pemerintah memberikan bantuan sosial secara rutin, serta lebih mengutamakan warga yang benar-benar membutuhkan. Bahkan sampai saat ini, warga miskin seringkali kesulitan untuk terdaftar dalam DTKS Dinas Sosial.*** (Arv)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan