JABAREKSPRES – Mantan Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dikabarkan telah mengajukan permohonan untuk menjadi warga negara ke Amerika Serikat.
Gotabaya disebut ingin menetap di Negeri Paman Sam bersama istri dan putranya.
Setelah diguligkan rakyat Sri Lanka, Presiden Gotabaya Rajapaksa kemudian kabur sekitar satu bulan lalu.
Masyarakat menuntut pengunduran dirinya di tengah situasi ekonomi paling buruk yang menghantam Sri Lanka dalam beberapa dasawarsa.
Dikutip dari The Independent, Sabtu (20/8), pengacara Gotabaya di Washington memulai prosedur aplikasi untuk mendapatkan Kartu Hijau untuknya bulan lalu. Sumber yang mengetahui masalah tersebut membenarkan ini.
Gotabaya memenuhi syarat untuk mengajukan kewarganegaraan karena istrinya, Ioma Rajapaksa adalah warga negara Amerika Serikat. Daily Mirror melaporkan, dalam beberapa hari mendatang, pengacara Gotabaya di Kolombo harus menyerahkan dokumen tambahan untuk prosedur tersebut.
Sumber yang mengetahui soal pendaftaran kewarganegaraan AS ini mengungkapkan, pengacara Gotabaya yang berada di Washington mengajukan prosedur pendaftaran Kartu Hijau. Pendaftaran dilakukan sejak bulan lalu.
Sang mantan presiden kini tinggal di sebuah hotel di Thailand setelah tinggal di Singapura hampir satu bulan. Pada awalnya dia melarikan diri dengan pesawat militer ke Maladewa.
Laporan media menyebutkan, Gotabaya kemungkinan akan membatalkan rencana awalnya untuk tinggal di Thailand sampai November. Dia diperkirakan akan kembali ke Singapura pada minggu terakhir Agustus.
Dua hari yang lalu, Gotabaya sempat berkonsultasi dengan pengacaranya dan memutuskan untuk kembali ke Sri Lanka karena dia menghadapi masalah saat bermobilitas di Thailand. Dia menghadapi masalah keamanan seperti yang diperkirakan semula.
Pejabat polisi di Thailand telah menyarankan Gotabaya untuk tinggal di dalam rumah selama tinggal di negara itu di tengah masalah keamanan. Pemerintah Thailand juga telah meminta Gotabaya untuk tidak terlibat dalam kegiatan politik selama berada di negara itu.
Keuangan Sri Lanka lumpuh oleh utang yang menumpuk karena fokus pembangunan besar-besaran pasca-perang saudara yang berakhir di 2009. Rejim Gotabaya Rajapaksa mengucurkan banyak investasi pada jalan dan pelabuhan.
Selain itu, pemotongan pajak yang diberlakukan oleh Presiden Gotabaya Rajapaksa juga membuat ekonomi terpuruk. Utang luar negeri Sri Lanka meroket hingga US$ 51 miliar atau sekitar Rp757 triliun, termasuk kepada China sebesar US$ 6,5 miliar atau sekitar Rp97,7 triliun.