Dedie Rachim Sebut Kota Bogor Layak Dikategorikan IKT

JabarEkspres.com, BOGOR – Wakil Wali Kota Bogor Dedie A. Rachim mengatakan  Kota Bogor seharusnya layak menyandang Indeks Kota Toleran (IKT), hal itu ditekankannya berdasarkan fakta yang tercipta.

Dedie menegaskan bahwa keberadaan Kota Bogor sejak dulu memang sudah menanamkan nilai-nilai toleran.

Dari sisi sejarah tidak ada sejarah menunjukkan bahwa di Kota Bogor pernah terjadi kerusuhan rasial.

“Sejak kapan? Sejak berdirinya Kerajaan Pajajaran sampai dengan hari ini,” katanya pada Jabar Ekspres usai menghadiri kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Indeks Kota Toleran yang diselenggarakan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kota Bogor di Rizen Padjadjaran Hotel, Kecamatan Bogor Timur pada Kamis, 18 Agustus 2022.

Dedie mempertanyakan parameter atau indikator IKT yang ada selama ini, kebanyakan menggunakan kacamata ‘kuda’ dalam menanggapi rilis IKT.

Perdebatan hanya berada pada tataran teologis dan sosiologis semata mana yang lebih suci dan mana yang dianggap sekuler.

Oleh karena itu, dalam memberikan penilaian Kota Bogor toleran ini, kata Dedie, harus disesuaikan dengan sosiologi dan historis Kota Bogor.

“Jangan persepsi seseorang atau kelompok dijadikan acuan, sehingga akan terbentuk persepsi masyarakat, seolah-olah Kota Bogor intoleran. Padahal Kota Bogor ini nilainya seratus persen kota toleran,” sebutnya.

Dedie membeberkan, kalaupun terjadi gesekan antar umat beragama nantinya, boleh dijadikan koreksi sebagai nilai pengurang.

Bisa dilihat Kota Bogor tidak ada yang diganggu ke gereja dan vihara atau tempat ibadah umat beragama lainnya.

“Tidak ada penyerangan etnis tertentu. Itu fakta sebagai indikator. Tidak ada tuh rumah atau etnis tertentu diserang, tidak ada. Nah, itu sebagai indikator nyata yang harus dilihat sebagai fakta yang kemudian memperkuat kekuatan masyarakat untuk terus bersatu dan mempunyai nilai-nilai keberagaman,” tegasnya.

Senada, Ketua Komisi I DPRD Kota Bogor, Safrudin Bima menyebut, jika berdasarkan persepsi sejumlah golongan, indikator IKT akan hanya menimbulkan isu-isu yang akan berdampak kepada opini publik.

Menurutnya, jika menelisik dari kehidupan sehari-hari Kota Bogor terbilang tidak pernah ada kejadian krusial soal lintas agama.

“Kami bergandengan dari kiri-kanan, tidak ada problem. Kami selalu berkomunikasi kalau ada problem, tokoh agama turun semua,” ucapnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan