JabarEkspres.com, BANDUNG – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung mengklaim tengah fokus tangani persoalan banjir yang kerap melanda lingkungan masyarakat.
Bupati Bandung, Dadang Supriatna, mengaku sudah berkoordinasi dengan pihak Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum mengenai penanganan banjir dan penyediaan air bersih.
“Penanganan banjir secara bertahap serta (rencana) pembangunan beberapa danau buatan di Kabupaten Bandung,” kata Dadang pada Kamis (11/8).
Dia mengaku, sampai saat ini banjir yang kerap menghantui masyarakat di wilayah Kabupaten Bandung sudah mengalami pengurangan.
“Alhamdulillah, bertahap semakin berkurang, ke depannya kita berupaya untuk lebih bagus lagi,” ujar orang nomor satu di Kabupaten Bandung.
Dia menerangkan, di samping upaya menangani persoalan banjir, Pemkab Bandung berencana membuat danau dan pemanfaatan kolam retensi.
“Rencananya pembuatan danau di Tegal Luar, kemudian bangun bendungan di Cikalong termasuk di Keetasari,” ucapnya.
Sementara untuk pemanfaatan kolam retensi, pria yang akrab disapa Kang DS itu mengatakan rencananya berlokasi di wilayah Andir dan Cieunteung.
Diketahui, sudah sejak lama wilayah Kabupaten Bandung kerap dilanda banjir setiap diguyur hujan khususnya dengan intensitas tinggi.
Dari tahun ke tahun persoalan banjir selalu dikeluhkan masyarakat dan penanganannya terus diupayakan pihak Pemkab Bandung.
Sementara ini beberapa titik daerah seperti Kecamatan Rancaekek, Majalaya, Baleendah dan Dayeuhkolot masih menjadi langganan tenggelam.
“Jadi, lokasi-lokasi pembangunan danau tersebut akan dikolaborasikan dengan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum),” papar Kang DS.
Menurutnya, kolaborasi tersebut bertujuan supaya hasil dari pekerjaan yang dilakukan bersama pihak BBWS Citarum dapat semakin maksimal.
Pembangunan bendungan Cikalong tersebut, harapannya bisa menjadi pemecah masalah terkait banjir yang kerap menghantui masyarakat.
Menurutnya, melalui bendungan Cikalong dapat membantu dalam pengendalian bencana ini.
“Semoga dapat bermanfaat bagi masyarakat Kabupaten Bandung sebagai titik lokus pekerjaan,” imbuhnya.
“Kemudian hasilnya juga dapat didistribusikan kepada masyarakat di Kota Bandung,” tutup Kang DS.*** (Bas)