Empat hari lewat. Taiwan berharap latihan militer Tiongkok pun selesai. Udara sekitar Taiwan bisa bebas lagi. Perairan sekitar Taiwan bisa aman lagi.
Awalnya Tiongkok memang mengumumkan latihan gabungan militer itu hanya empat hari. Pakai peluru tajam. Besar dan kecil. Ditembakkan ke laut dan ke udara.
Artinya: lalu-lintas udara dan laut di sekitar Taiwan penuh risiko. Harus dihindari.
Latihan gabungan empat hari itu dimulai sejak Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi meninggalkan Taiwan. Toh latihan itu tidak lagi membahayakan kunjungan Pelosi.
Yang bahaya adalah Taiwan. Setelahnya. Membahayakan pula pesawat dan kapal komersial. Terutama yang mau keluar dan masuk Taiwan.
Praktis Taiwan terkurung selama empat hari. Terisolasi.
Ganti Taiwan yang mengelus dada. Tidak berdaya. Tak apa. Hanya empat hari. Segera berlalu.
Tidak.
Di hari kelima, Tiongkok mengumumkan: latihan gabungan diteruskan. Empat hari lagi? Tidak. Tidak pakai batas waktu. Toh ini hanya latihan. Hanya saja latihan lanjutan ini pakai peluru dan rudal beneran.
Maka Tiongkok tidak akan membunuh satu pun orang Taiwan. Ini hanya latihan. Juga tidak akan merusak satu pun bangunan di pulau itu.
Yang dirusak adalah emosi, psikologi, dan ekonomi.
Waktu Pelosi datang ke Taiwan Jumat pekan lalu, Tiongkok tidak bisa berbuat banyak. Hanya bisa mengusap dada. Setelah Pelosi pergi ganti Taiwan yang harus menepuk jidat.
Taiwan terkepung. Terisolasi. Entah sampai kapan.
Ini perang cara baru. Tanpa membunuh dan merusak.
Ahli-ahli Barat memang mengingatkan Tiongkok: jangan terpancing menyerang Taiwan. Ingatlah Ukraina. Rusia pun tidak mampu melibas Ukraina. Jangan itu terulang. Tiongkok bisa jadi Rusia kedua.
Pemerintah Taiwan sendiri kian pede. Ukraina sudah terbukti bisa melawan Rusia. Taiwan juga harus bisa. Taiwan mempelajari dengan detail cara-cara Ukraina mampu melawan Rusia. Termasuk mulai memproduksi drone sebanyak-banyaknya. Juga menyiapkan terowongan bawah gunung untuk markas pusat perlawanan darurat.
Hanya saja Taiwan tidak menyiapkan diri menghadapi gaya Tiongkok ”menghajar” Taiwan seperti sekarang ini.
Selama ada latihan itu belum ada kepanikan masyarakat di Taiwan. Kehidupan masih berjalan normal. Acara budaya Taiwan-Indonesia juga tetap berlangsung: lomba makan krupuk yang digantung di tali. Yang ikut lomba harus ditutup matanya. Yang mendaftar sudah 40 orang. Penyelenggaranya: Indosuara dan Ieto (Indonesian Economic and Trade Office). Ketua panitianya: Mira Luxita.