PNF lagi menyiapkan diri untuk meneliti akibat kombinasi antar varian itu.
“Kami sudah siap meneliti. Tapi belum punya jenis sel dari pertemuan antar varian itu. Kami lagi minta ke Jepang,” ujar Prof Nidom. “Kami masih menunggu jawaban dari Jepang,” katanya.
Indonesia, ujar Nidom, harus meneliti sendiri pertemuan antar varian itu. Bisa jadi perkembangan varian di Indonesia berbeda dengan negara lain.
Tentu saya lebih tertarik ini daripada program merenovasi ruang kerja ketua BRIN dengan anggaran Rp 6 miliar itu –biar pun itu bukan anggaran siluman. (Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul Single Image
Er Gham
Menurut saya, sepertinya biasa aja, Abab tidak kecolongan. Hanya bahas fenomena single image. Baru tau juga dan menjadi bahan diskusi dengan insan pers. Tinggal masyarakat yang memilih. Apakah layak ditonton atau tidak. Dengan adanya youtube, tiktok, ig, semua orang bisa buat atau nulis apa saja. Semua bisa berpendapat. Bisa buat podcast. Media tidak lagi dikuasai oleh pemodal besar. Tidak perlu lagi harus punya dulu koran atau stasiun TV. Tapi tanggung jawab sendiri, karena ada UU ITE nya. Disclaimer: ini hanya opini, jangan percaya apa yang saya tulis di sini. Hehehe..
Pryadi Satriana
Penggunaan ‘Disclaimer’ itu ndhak gitu! Di bidang fiksi, ‘Disclaimer’ menyatakan apabila NANTINYA dijumpai ada ‘fakta’ yg bersesuaian/mirip dg ‘khayalan’ (karya ‘fiksi’) penulis, maka itu terjadi KARENA KETIDAKSENGAJAAN BELAKA. Di bidang non-fiksi, segala info disampaikan sesuai ‘pengetahuan terbaik penulis’, sehingga kalau ada ‘kesalahan yg tidak sesuai fakta/data lapangan’, maka kesalahan penulis adalah TIDAK DISENGAJA. Lha ‘Single Image’ ini beda. Ini sengaja. Menyudutkan Ferdy Sambo. Sangat menyudutkan. Sambil bilang “Maaf.” Jadi, ‘Disclaimer’ itu ndhak berlaku. Karena ada kesengajaan di ‘Single Image’ itu. Ini preseden yang sangat buruk. Harus ditindak tegas supaya tidak terulang. Orang tidak bisa menyebar info seenaknya ke masyarakat dengan sekadar mencantumkan ‘Disclaimer’. Polri harus segera bereaksi. ‘Mosok’ diintervensi kayak gini dibiarkan. Polri harus menjaga marwahnya sekaligus mengedukasi masyarakat bahwa hal semacam ini ndhak betul: menyudutkan seseorang, keluarganya, keluarga besarnya dan sekadar ‘basa-basi bilang “Maaf” di media yg dipakai’ (mencantumkan ‘Disclaimer’). Abah jurnalis senior, masih juga ‘kecolongan’ yang kayak gini. Kali lain lebih hati2, Bah. ‘Menyebarluaskan hal yg nggak benar’ juga merupakan ‘perbuatan yg nggak benar.’ Salam. Rahayu.