Fasilitas Literasi di Desa Nagrog Bandung Masih Minim, Ini Permintaan Warga

“Bangun minat baca sebetulnya itu tergantung masing-masing (orang), cuman di sini kita bisa menambah daya tarik dengan mengaktifkan taman baca atau ruang pustaka tingkat desa,” kata Deni.

“Saya sangat setuju kalau desa menyediakan fasilitas literasi. Apalagi kalau bukunya lengkap dan tempatnya nyaman,” lanjutnya.

Deni menerangkan, jika pemerintah desa masih merasa bingung terkait pengembangan fasilitas literasi, bisa melakukan studi banding dengan pemdes tetangga.

“Kalau desa sebelah terbentuk ruang pustaka desa tapi yang satunya belum, bisa silaturahmi dan mengadakan kegiatan-kegiatan literasi di desa yang belum dibentuk pustakanya,” papar Deni.

“Bangun kultur budaya kita, istilahnya adu bako, jalin silaturahmi. Dengan begitu warga akan tumbuh ketertarikannya, sehingga bisa meningkatkan minat baca,” tambahnya.

Deni berharap, dengan adanya perhatian pemerintah baik pusat maupun tingkat desa terhadap literasi, dapat berdampak pada majunya pola pikir dan budaya membaca.

“Bisa meningkatkan keilmuan, bisa menambah inovasi berbisnis untuk roda ekonomi karena membaca informasi yang kredibel, upayanya membiasakan baca buku,” pungkas Deni.

“Buku itu dari zaman dulu sebagai rujukan keilmuan, kedibilitasnya terpercaya, informasi yang disuguhkan jelas dan istilah umumnya buku adalah jendela dunia dan gudangnya pengetahuan,” tutupnya.*** (Bas)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan