Satu yang pasti. Pengadaan CCTV untuk fasilitas publik harus direview secara serius. Kenapa saat genting dibutuhkan begini rusak. Apakah maker CCTV nya abal abal. Ataukah ada KKN dalam pengadaan CCTV ? Buat apa CCTV beli mahal mahal pakai duit negara kalau saat diperlukan tak bisa bekerja ? Mending nggak usah dipasang sekalian.
Sistop Tanjung
kalau sinetron di Indosiar koment ini pasti di iringi lagu nya rosa betapa kejamnya dirimu mengakhiriku
Juve Zhang
Video nya ini yg bikin heboh, konon ada video siksaan nya, pengacara sudah lihat, salut buat yg mengvideo dan memberikan ke pengacara juga para perawat yg sempat memfoto jenazah ” mencolong” data sangat penting dalam kasus ini. Dua data itu sangat kuat, apalagi video akan nampak siapa pelaku nya, kalau motif harus di dalami lagi, dengan nonaktif nya Kadiv akan melancarkan pemeriksaan kasus menjadi lebih jelas. Dari jenazah datang dan tak boleh dibuka peti ,ini sudah “mencurigakan” keluarga, dipikir nya urusan akan mudah selesai lah yg menerima kan dari kampung , ingat kasus anak muda yg dibuang ke kali walaupun masih bernafas. Se dangkal itu jalan pikiran orang pamen.
Sistop Tanjung
biasanya pelaku pelecehan seksual itu memiliki superioritas atas korbannya, nampaknya jarang atau belum pernah dengan pelecehan dilakukan orang yg status sosialnya lebih rendah dari yg dilecehkan. biasanya pelaku pelecehan manager pada staffnya, owner perusahaan pada karyawan, guru pada murid dll, lebih sederhana dari Lie Detector
Mirza Mirwan
Hulu dari terjadinya dor-doran di rumah Kadiv Propam yang mengakibatkan tewasnya Brigadir J adalah pelecehan seksual yang dilakukan Brigadir J terhadap Ny. Sambo. Kalau benar polisi ingin mengusut kasus itu secara “Scientific Crime Investigation”, yang pertama harus diperiksa adalah Ny. Sambo — karena Brigadir J sudah tewas. Pemeriksaan harus menggunakan “Lie Detector” — pendeteksi kebohongan — yang bukan abal-abal. Dari pemeriksaan itu akan diketahui benar-tidaknya terjadi pelecehan seksual tersebut. Kalau, misalnya, Ny. Sambo mengalami ketakutan, perubahan emosional, dan perubahan fisiologis saat menjawab pertanyaan, bisa dipastikan ia bohong. Lie Detector yang biasa digunakan polisi, pasti dilengkapi dengan 4 sensor: “Pneumograph” yang dipasang di dada, untuk memonitor pernapasan; “Blood Pressure Cuff” yang dipasang di lengan atas, untuk memonitor tekanan darah; dan dua sensor “Galvanic Skin Resistance” yang dipasang di jari, untuk memonitor denyut nadi. Keempat sensor itu akan menunjukkan poligraf yang hanya bisa dibaca oleh ahli forensik kejiwaan. Setidaknya, begitulah yang saya baca dalam bukunya John J. Fay, “Contemporary Security Management”. Seberapapun kuatnya seseorang, pasti tubuh dan sistem syarafnya akan menunjukkan reaksi yang tidak biasa bila ia berbohong.