Mulai dari anak tangga pertama sampai di ujung puncak, Jabar Ekspres hitung keseluruhannya yakni sebanyak 490 anak tangga, jika disatukan dengan anak tangga ke area perkemahan, bulat 500 anak tangga.
Masih dalam pantauan Jabar Ekspres, ratusan anak tangga tidak membosankan mata, sebab warna biru, kuning dan merah di setiap anak tangga membuat daya tarik wisatawan yang datang berkunjung.
Tak hanya itu, puluhan lampu penerangan jalan terlihat berdiri tegak gua menerangi akses menuju puncak Tangga Seribu.
Besi penyangga atau untuk pegangan tangan, terlibat kokoh mulai dari awal anak tangga sampai puncak. Selain memberikan rasa aman, keberadaan besi penyangga cukup terasa menjadi teman ketika mulai lelah menaiki ratusan anak tangga.
Sampai di puncak wisata Tangga Seribu, Jabar Ekspres bertemu dengan salah seorang penjaga warung di lokasi wisata, Engkus (44) warga RW18 Desa Cibiru Wetan mengatakan hal senada dengan Asep. Menurutnya, keberadaan Tangga Seribu sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Di tengah udara sejuk yang memeluk kulit, Engkus menawarkan segelas kopi kepada Jabar Ekspres guna menghangatkan suhu tubuh.
Baik perkataan Acep ataupun Asep, diungkapkan juga oleh Engkus sambil menuangkan air panas ke dalam gelas yang sebelumnya sudah diisi serbuk kopi kemasan, bahwa daya tarik wisata Tangga Seribu ada di penamaannya.
“Wisatawan bakal penasaran dan ingin ke lokasi wisata. Tapi setelah datang dijamin enggak akan menyesal, soalnya ada suguhan alam yang nyaman dan pemandangan Bandung Raya dari atas terlihat jelas,” ujar Engkus sambil memberikan segelas kopi hitam panas kepada Jabar Ekspres.
Pernyataan Acep dan Asep ditegaskan oleh Engkus, setiap malam pemandangan lampu kota menjadi poin plus bagi wisatawan yang berkunjung ke Tangga Seribu.
Duduk di balik susunan produk makanan dan minuman, Engkus terlihat mengenakan kaos hitam berkerah. Sambil menyulut rokok kereteknya dia berujar, wisatawan yang datang tidak hanya masyarakat Kecamatan Cileunyi, namun tak sedikit dari luar daerah.
“Dari (Kecamatan) Rancaekek anak remaja sering datang, bahkan dari Jakarta, kemudian dari Gunung Salak pernah datang ke sini,” ucapnya sambil menekuk beberapa jari tangan kiri menghitung jumlah wisatawan luar yang pernah datang.