Melalui pantauan Jabar Ekspres, lokasi wisata Tangga Seribu di wilayah RW18, Desa Cibiru Wetan, akses jalannya tergolong mudah dilalui.
Meski perlu berupaya sebab aksesnya yang menanjak, namun kondisi jalan dari Kantor Desa Cibiru Wetan sampai lokasi wisata Tangga Seribu cukup baik alias tidak berlubang atau kerusakan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan bagi pengendara.
Seperti yang dikatakan Acep, jika ingin menikmati wisata Tangga Seribu, maka setiap wisatawan perlu merogoh kocek sebesar Rp5 ribu dan parkir kendaraan bermotor Rp2 ribu rupiah.
Sebagai informasi, apabila wisatawan hendak mengunjungi Tangga Seribu di Desa Cibiru Wetan, maka perlu diantisipasi kendaraannya. Sebab akses ketika mendekati objek wisata tergolong kecil, sehingga jika menggunakan mobil harus lebih berhati-hati karena jalan yang cukup berliku.
“Di sana selain suasana alamnya terasa karena dataran tinggi, jadi sejuk di siang hari dan dingin kalau sudah masuk sore sampai pagi,” ujar Acep sambil menggerakkan kedua tangannya, seolah mengajak Jabar Ekspres membayangkan suasana alam pegunungan.
Dari pantauan Jabar Ekspres lagi, gapura selamat datang yang berdiri tegak di tangga pertama objek wisata itu sudah bisa membuat siapa saja tertarik untuk menaklukkan raturan anak tangga sampai ke puncak.
Belum sempat menginjakkan kaki ke anak tangga, Jabar Ekspres bertemu dengan Asep Kana (45), mantan Ketua RW18, warga Desa Cibiru Wetan di gapura selamat datang.
Dia mengatakan, keberadaan wisata Tangga Seribu sangat berdampak positif bagi masyarakat Desa Cibiru Wetan terutama warga RW18.
“Ini masuknya tanah carik desa di wilayah RW18, sebelumnya memang digunakan warga untuk bercocok tanam,” ucap Asep yang mengenakan celana training hitam panjang dipadukan dengan jaket hoodie berwarna oren.
Menurutnya, warga Desa Cibiru Wetan bisa berbangga diri karena adanya objek wisata yang dinilai cukup menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai daerah.
“Adanya Tangga Seribu sangat membantu warga juga. Jadi ada lapangan pekerjaan, karena karcis kemudian parkir dikelola warga, pihak desa juga membolehkan dan yang berjualan di atas juga warga desa,” kata Asep dengan posisi berdiri memandang ke atas yang dihiasi ratusan anak tangga.