“Kurang lebih 10 sampai 14 hari setelah putusan (dari penggugat) semua pihak menerima. Kami (baru) akan melakukan dorongan secara massif untuk aksi lanjutan,” katanya.
“Baik itu ke pemkot maupun BPN, untuk menagih janji-janji mereka,” tandas Angga
Kini, warga tengah menanti jawaban. Mereka hanya mampu bertahan. Tidak bisa berbuat banyak. Seperti yang selalu dikatakan Dodon dan warga lainnya: bertahan sabubukna alias sebubuknya.
“Banyak warga yang stres, sakit, bahkan meninggal dunia. Bisa lihat psikis masing-masing. Rentang dari 2017 sampai 2020, berapa gitu (yang meninggal), karena memang stres. Orang tua kebanyakan,” tambahnya.
Konflik lahan yang mendera mereka, tentu menjadi beban pikiran. Tak bisa dihindari. Saat ini tengah sengketa lahan masih berjalan. Warga khawatir bisa kena gusur kapan saja.
“Enggak mungkin. Sekarang, rumahnya mau digusur, enggak mungkin (tidak) jadi pikiran. Karena yang terpenting, rumah. Sudah mah masa pandemi, gugatan, ah udahlah. Pusing mikirin ini,” pungkasnya. (zar)