Tari Salai Jin: Tarian yang Tak Kalah Nuansa Magis dan Mistis dari Ternate

Jabarekspres.com — Film KKN Di Desa Penari sempat menghipnotis perhatian para penggemar dunia hiburan di Indonesia dengan tari yang mistis, Tari Gandrung. Bagaimanapun, ada satu tarian yang juga mempunyai daya magis yang kuat. Angker. Membikin bulu kuduk berdiri. Tarian itu adalah Tari Salai Jin.

Hingga sekarang, Tarian Salai Jin tetap terkenal sebagai salah satu seni tari Indonesia yang penuh nuansa misteri.

Tari Salai Jin: Tarian Magis dan Mistis dari Ternate

Para penari berjajar. Mereka berdiri dengan kaki telanjang. Dan mata mereka tampak memandang dengan sangat tajam. Mencekam. Kaki-kaki yang telanjang itu lantas bergerak. Gerak kaki mengangkat bergantian. Seakan-akan tanah yang dipijak merupakan bara. Begitulah para penari Tari Salai Jin memulai. Selebihnya, terasa terus mendebarkan.

Sebagai salah satu seni tari Indonesia, Tarian Salai Jin ini merupakan tari khas etnik suku asli Ternate, Maluku utara, dikutip dari laman Indonesia Kaya.

Tari Salai Jin ini dikenal karena ia mempunyai daya magis dan mistis yang sangat kuat. Tari ini sangat angker karena ia sempat menjadi jembatan komunikasi nenek moyang masyarakat Ternate dengan makhluk-makhluk tak kasat mata.

Sebagai tari yang kental aura gaib, tari ini sempat hanya boleh diperagakan oleh orang-orang tertentu. Mereka yang menari Tarian Salai Jin bukanlah orang yang sembarangan. Pasalnya, hanya mereka yang mempunyai penangkal gaib yang bisa menarikan tarian ini.

Ketika para penari bermain, asap kemenyan pun menyeruak. Mereka pun tiba-tiba bergerak dengan tak sadarkan diri, namun tetap mengikuti irama musik. Janggal, tentu. Merinding.

Semenjak itu, roh halus telah mengambil alih tubuh para penari. Bakaran kemenyan tak manjur. Pertunjukan jadi makin mencekam. Para penonton merasakan daya tarik aura magis yang kental ketika mereka menari seraya tak sadarkan diri.

Kendati demikian, tarian angker masyarakat Ternate itu mengalami modifikasi agar tetap lestari di tengah laju zaman.

Misalnya, kehadiran kemenyan dalam tari ini jadi bisa digantikan dengan arang yang berasal dari tempurung kelapa. Kemudian, pakaian penari yang bernuansa kelam itu juga sudah digantikan dengan nuansa warna yang lebih beragam. Selain itu, fenomena para penari yang kerasukan roh pun sudah jarang terjadi ketika tari ini diperagakan di zaman sekarang.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan