Mengapa Banyak Orang yang Menonton KKN Di Desa Penari?

Jabarekspres.com – Sekelompok mahasiswa menjalani program KKN (Kuliah Kerja Nyata) di sebuah desa terpencil di kota paling ujung timur Jawa. Dua dari mereka menerabas etika di tempat yang tak seharusnya.

Sudah kurang dari tiga pekan sejak filmnya rilis, di klaim sudah sekitar tujuh juta orang yang menonton. Mengapa cerita dalam film ini menjadi begitu spesial?

Awal mula, di 2009, sebuah akun Twitter bernama SimpleMan (@SimpleM81378523) mengunggah sebuah thread. “Di sebuah desa di kabupaten K kota B.” tulisnya.

Semua di rahasiakan dan di samarkan, seperti nama-nama yang terlibat, desa, fakultas hingga kampus dari tim KKN tersebut berasal. Katanya, untuk melindungi identitas pemilik cerita.

Secara singkat cerita, semua kejadian yang di alami para mahasiswa tersebut di karenakan ulah dari dua anggota KKN (Bima dan Ayu). Dan pada akhirnya, kedua mahasiswa tersebut meninggal secara tidak wajar.

Sepintas, yang dapat di petik dari cerita tersebut ialah, “Harus junjung sopan santun, jangan berbuat sembarangan.”

Namun sepertinya hal tersebut memang berlaku di mana saja dan kapan saja, lalu apa yang membuat KKN di Desa Penari menjadi pusat perhatian?

Tradisi Lisan Horor Indonesia dan Ketidaktahuan Kita terhadap Desa

Di lansir dari Jawa Pos, kisah seram di Indonesia hampir selalu di tuturkan secara lisan dan telah ada jauh sebelum kebiasaan baca tulis di budayakan. Wahana lain ataupun internet hanya mengamplifikasi persebarannya.

Pasalnya, tidak seperti genre lain, horor membutuhkan pengikat untuk bisa menyentuh ketakutan umum yang sebelumnya telah tersebar dan di percayai oleh banyak orang. Dan KKN di Desa Penari telah berhasil memanfaatkan hal tersebut melalui satu dari tiga unsur terpenting dalam cerita horor, yaitu unsur the unknown (yang tidak di ketahui).

Dari curi dengar dan cerita yang serbaberangkat dari ”katanya”, KKN di Desa Penari menemukan momentumnya ketika latar dan subjek cerita sengaja di bangun untuk terlebih dahulu menumbuhkan rasa penasaran audiens: siapa yang terlibat? Di mana desa lokasi kejadiannya? Dari kampus mana mereka berasal? Apa buktinya kalau cerita ini memang nyata? Dan seterusnya.

Tinggalkan Balasan