BOGOR – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor melakukan sosialisasi dan simulasi alat sistem peringatan dini banjir. Alat tesebut dipasang di Sungai Ciheuleut, Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Bogor Utara, kemarin (29/6).
Pemasangan alat ini tidak lepas dari kondisi banjir akibat debit atau luapan arus air Sungai Ciheuleut saat curah hujan cukup tinggi.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor, Syarifah Sofiah menyebut, dengan data kebencanaan yang dimiliki BPBD Kota Bogor, sudah seharusnya diimbangi dengan inovasi untuk menangani persoalan bencana. Minimal mampu mengurangi kerugian yang ditimbulkannya.
Menurutnya, alat tersebut menjadi bukti dari tantangan yang ada, dan salah satu bentuk kolaborasi serta partisipasi warga. Tetapi, sambung dia, alat itu hanya warning. Yang utama itu adalah kita harus mampu mitigasi (pencegahan).
“Jadi tidak hanya menangani saja dan menganalisis faktor apa yang menyebabkan bencana itu bisa terjadi. Ke depan alatnya akan kita evaluasi, efektifitasnya seperti apa, semoga ada teknologi yang lebih baik lagi. Yang jelas saya bangga, ini namanya teknologi tepat guna yang terkadang lebih efektif karena warga sendiri yang merasakannya,” ungkapnya, Kamis (30/6).
Dia menegaskan, keberadaan alat ini tergantung dari sumber daya manusia yang ada di belakangnya. Untuk itu kepedulian dan pemahaman warga diharapkan tetap terjaga dalam menjalani simulasi secara periodik dan sosialisasi bersama sebagai langkah antisipasi untuk menghindari dampak bencana yang lebih besar.
Disamping itu, lanjutnya, agar tidak muncul kelalaian dan menganggap sebagai hal yang biasa jika ada peringatan. Setelah dipasang, pemeliharaan secara berkala agar tersebut tetap dapat berfungsi dengan baik dan optimal.
“Ke depan diharapkan tidak hanya alat sistem peringatan dini untuk bencana banjir, tetapi juga tanah longsor. Di Kota Bogor ada 4 kejadian bencana yang mendominasi, yaitu banjir, longsor, pohon tumbang dan angin puting beliung,” pintanya.
Selain mitigasi, penyuluhan, edukasi dan sosialisasi kebencanaan menjadi faktor pendukung lainnya. Syarifah berharap aparatur wilayah memiliki data yang lengkap, salah satunya data kondisi wilayah dan potensi bencana sehingga dapat diambil tindakan sebagai langkah mitigasi.