BANDUNG – Serupa bahasa harfiahnya, Archipelago, yakni negara kepulauan. Dosen Seni Rupa ISBI Kota Bandung, Nandanggawe mengajak para mahasiswanya memamerkan karya mereka. Pameran yang bertajuk Archipelago ini berlangsung di Gedung Pusat Kebudayaan (GPK), Jln Naripan, Kota Bandung.
“Dibangun terkait mata kuliah, jadi di mata kuliah itu ada Studio Lukis 4 dan Seni Rupa Nusantara. Yang subjek meternya tentang jejak tradisi Indonesia,” ungkapnya di sela-sela acara pameran, Jumat (24/6).
Pameran tersebut, kata Nandanggawe, mengenai kenusantaraan. Karya-karya bertema Achipelago diisi oleh 18 mahasiswa semester 6, program studi Seni Rupa Murni di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung.
“Ini sekira 2 bulan persiapannya. Proses fiksasi satu bulan. Tapi pengumpulan karya, kan, pas satu semester. Itu riset dan pada waktu bulan terkakhir dikurasi karya yang layak di pameran,” tambahnya.
Bertemakan folkfore (cerita rakyat), mitologi, ritus-ritus budaya dan sebagainya. Seni rupa yang multidimensi, membuat karya yang dipamerkan tidak melulu terkait lukisan atau drawing.
“Sebanyak apa yang dimiliki Indonesia dalam hal tradisi. Itu yang kemudian diangkat. Jadi masing-masing mahasiswa bisa memilih sendiri,” ungkapnya.
“Ada dua jenis, dua dimensi. Bisa lukisan atau drawing, serta seni medium nonkonvensional yang terkait dengan sifat-sifat kedaerahan atau nature,” jelasnya.
Dia menambahkan, medium tersebut di antaranya seperti tanah, kayu, atau benda-benda tradisi. Lantas menurutnya, tidak hanya melukis, tapi menciptakan dengan pendekatan assembling.
Dia pun mengharapkan, pameran ini bisa menjadi pengalaman baru bagi mahasiswanya. Yakni mereka sebagai pelaku seni. Memiliki pengetahuan baru saat memamerkan karyanya.
“Karya seni yang biasa berhenti di kampus, ketika kemudian disajikan ke publik maka ada pengalaman baru buat mereka. Jadi proses edukasi, mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi seniman, tuh, seperti apa,” kata Nandanggawe.
Sementara, menyoal tema yang dipilih, penanggungjawab sekaligus pembimbing para mahasiswa ini menuturkan, pameran tersebut usaha untuk melihat kembali tradisi tempo lalu.
“Sebetulnya kita cukup kaya dengan jejak-jejak tradisi yang bisa diangkat sebagai gagasan-gagasan yang baru,” ucapnya.
“Dan saya pikir itu bukan sesuatu yang sederhana, bukan sesutu yang gampang dan biasa juga. Justru sangat menantang,” pungkasnya. (zar)