BANDUNG – Penyakit Mulut dan Kaki (PMK) yang menjangkit hewan ternak, mulai merebak pada bulan Mei 2022. Peternak sapi, Yunus Kahfi, (54), mengaku kesal, bisa-bisanya pemerintah lambat bertindak.
“(Sekarang) menjelang Idul Adha. Kenapa pemerintah tidak mengantisipasi dari awal? Bulan Mei itu, sewaktu begitu PMK muncul, vaksin harusnya langsung diturunkan,” kata Yunus di peternakannya, di Cisurupan, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung, Kamis (23/6).
“Kalau betul-betul serius, harus jadi sorotan. Ini (PMK) secara internasional, kan, urutan pertama untuk penyakit hewan,” sesalnya.
Peternak sapi ini menjelaskan, langganan yang terbiasa memesan sapi, kini banyak yang was-was lantaran merebaknya kasus tersebut. Tak sedikit, membuat beberapa pelanggan mengurungkan diri untuk membeli.
“Kalau tidak menjelang Idul Adha, mah, tidak masalah. Kenapa? Karena kami sudah menjanjikan kepada jemaah langganan. Tapi sapi sedikit. Akhirnya, panitia (langganan) ragu karena barang tidak ada,” jelasnya.
“Menjelang Idul Adha seperti ini, jamaah (langganan) biasanya ngasih uang muka. Sekarang tidak. Tidak langsung memberi DP. ‘Gimana, aman?’ begitu kata mereka. Ada keraguan,” sambungnya.
Dia mengatakan, jumlah sapi yang berkurang itupun lantaran ada kebijakan terkait ditutupnya sejumlah pasar penyuplai sapi, yakni di Jawa Timur.
“Yang jelas, kenapa pasar tidak dibuka? Padahal kondisi aman. Alasan (pemerintah) karena tidak mau ada lintasan sapi dari luar,” ucapnya.
Menurut Yunus, kondisi aman, lantaran sapi yang didatangkan pada minggu sekarang, yakni untuk langsung disembelih.
“Bagaimana? Saya harus nutup langganan. Insya Allah kalau dalam jangka waktu 10 hari, tidak akan terlalu membebani. Tidak akan meluasnya wabah. Karena sapi dipotong pada hari itu juga,” tegasnya.
Jadi, berhubung untuk dipasarkan dan hanya sekadar menutup pesanan dari langganan kurban menjelang Idul Adha. Dia memohon, supaya akses pembelian sapi dibuka dan bebas.
“Nah, yang dikhawatirkan pemerintah? Ya, takut merebak. Padahal sebetulnya, jangka waktu 10 hari, itu kondisi aman,” imbuhnya.
Yunus lantas membandingkan situasi sekarang dengan tahun lalu. Pada saat itu, pandemi tengah gencar-gencarnya. Namun, kegiatan hewan kurban terbilang normal.
“Tidak ada masalah. Sapi banyak. Sekarang itu, langganan mau memberi DP (uang muka), sedikit ragu, lantaran melihat sapinya sedikit. Jadi sekarang, pemesanan menurun,” pungkasnya. (zar)