Jabarekspres.com – Masyarakat kini sedang resah akibat munculnya Sub Varian Omicron dari Covid-19. Lantas, seberapa bahaya Varian ini?
Sub Varian BA.4 dan BA.5 Pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan masing-masing pada Januari dan Februari 2022, dan sejak itu menjadi varian dominan di sana.
Sementara itu, Sub Varian BA.4 dan BA.5 telah diidentifikasi di beberapa negara selain Afrika Selatan, seperti di Austria, Inggris, AS, Denmark, Belgia, Israel, Jerman, Italia, Kanada, Prancis, Belanda, Australia, Swiss, dan Botswana.
Lalu, pada waktu yang sama beberapa negara lain juga telah mengidentifikasi BA.5 di Portugal, Jerman, Inggris, AS, Denmark, Prancis, Austria, Belgia, Hong Kong, Australia, Kanada, Israel, Norwegia, Pakistan, Spanyol, dan Swiss.
Oleh karena itu, timbul pertanyaan seberapa bahaya Sub Varian Omicron BA.4 dan BA.5? Sebagaimana dilansir dari JawaPos pada Sabtu 18 Juni 2022, begini penjelasannya.
Penelitian di Jepang mengungkapkan fakta bahwa kedua subvarian ini memiliki kemiripan varian asalnya yakni Alpha dan Delta.
Data dari University of Tokyo menunjukkan BA.4 dan BA.5 berperilaku lebih mirip seperti varian Covid-19 sebelumnya dan lebih mematikan, yaitu Alpha dan Delta. Varian Alpha adalah bentuk pertama dari Covid-19 yang melanda seluruh dunia pada akhir 2019.
“Sepertinya varian ini beralih kembali ke bentuk infeksi yang lebih berbahaya, jadi turun ke paru-paru,” kata ahli virologi di University of Leeds, dr. Stephen Griffin, seperti laporan Express.
Berdasar laporan Very Well Health, para peneliti di Tokyo mengatakan versi baru Omicron lebih mungkin menyebabkan penyakit parah daripada yang terakhir, menurut sebuah studi pracetak.
Dalam tes laboratorium, ketika orang yang tidak divaksinasi pulih dari infeksi BA.1 atau BA.2, mereka tidak memiliki cukup antibodi untuk melindungi terhadap BA.4 dan BA.5.
Selain itu, tim peneliti juga menemukan Varian BA.4 dan BA.5 ini lebih mudah bereplikasi di sel paru-paru manusia, kemudian menyebabkan penyakit yang lebih parah pada hamster daripada BA.2.
“Temuan awal ini menunjukkan risiko BA.4 dan BA.5 terhadap kesehatan global berpotensi lebih besar daripada BA.2 asli,” tulis seorang profesor virologi di Universitas Tokyo dan penulis utama studi tersebut, Kei Sato, PhD, mengatakan kepada Verywell melalui email.