Marakayangan Drawing: Seniman dan Spirit ‘Jurig’ di Sepanjang Jalan Asia-Afrika

Jurig-jurig itu, lanjutnya, bergentayangan, para seniman juga saat ini mesti bergentayangan ke sejumlah wilayah. Seniman pun mesti bergerak, bebernya, tak boleh berdiam diri dalam satu wilayah zona nyaman.

“Kalau berani, gentayangan ke zona-zona yang belum dimasuki seniman. Dan mungkin bisa jadi di situ ada ruang untuk membangun reputasi, prestasi, ruang ekonominya. Kesempatan buat majunya juga ada. Spirit yang ingin dibangun, sprit positif,” jelasnya.

Sebenarnya, lanjutnya, setiap perubahan masa itu pasti menantang setiap profesi. Khususnya di seni rupa, bagaimana seniman bisa beradaptasi? Ditambah saat ini lagi ramai NFT (non-fungible token) atau digital.

“Nah, sejauh mana karya-karya konvensional seperti ini bisa tetap hadir dan menjadi jembatan dengan kecenderungan yang muncul sekarang, yang formatnya lebih digital,” ucap Kurator Griya Seni Popo Iskandar tersebut.

Ia pun mempertanyakan ulang, bisa seberapa jauh para seniman tersebut mampu membangun jembatan ke arah sana. Adaptasi, sebab zaman akan terus berganti.

“Karya digital, kan, seperti jurig. Karya ada, tetapi fisiknya tidak ada. Ini seni juga akan seperti jurig, dilihat ada tetapi enggak bisa dipegang. Konsep jurig, kan, itu. Sok katingali, ngan teu bisa dicabak da tembus (suka kelihatan namun tidak bisa dipegang lantaran tembus),” kelakarnya.

Sepelemparan batu dari tempat Anton melukis, seniman lukis yang sudah berkiprah dari tahun 80-an, Yus Arwidanata (50), mengungkapkan, mereka awalnya berencana mengadakan flashmob seperti beberapa tahun lalu ke belakang.

“Dalam rangka bulan menggambar nasional Indonesia. Ratusan peserta turut gabung. Namun karena masa pandemi jadi dibatasi per hari. Awalnya kami ingin mengadakan flashmob seperti dua tahun lalu. Karena sebelum pandemi, 350 peserta berbarengan melukis di satu tempat,” ujar Yus.

Kegiatan melukis bersama ini pun bakal berlangsung sampai batas akhir pengumpulan karya nanti. “Tiap hari ada, dimulai pada hari Minggu kemarin sampai nanti tanggal 14 Mei. Tanggal 17 Mei sendiri bakal dipamerkan karya peserta yang terpilih di Gedung Pusat Kebudayaan,” imbuhnya.

Sementara, seniman asal Tasikmalaya, Rendra Santana (47), mengaku bersuka cita dengan munculnya kegiatan MEIgambar yang turut menyegarkan bulan Menggambar Nasional ini.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan