JABAREKSPRES.COM – Mahalnya harga daging sapi yang mencapai Rp150 ribu perkilonya, membuat was-was masyarakat, karena kekhawatiran adanya daging sapi oplosan yang dicampur dengan daging babi.
Padahal di Bulan Ramadan, tingkat konsumsi daging lebih tinggi di banding bulan lainnya, karena kandungan protein dalam daging mampu mengganti kalori yang hilang selama berpuasa.
Namun dengan tingginya harga daging sapi, ada kemungkinan terjadi kecurangan yang dilakukan pedagang nakal. Dengan mencampur daging sapi dengan daging babi, karena daging kedua hewan ini nyaris sama.
Memilih daging sapi yang dijual di pasar harus bisa dipastikan kesegaran atau kesehatannya. Selain bebas dari penyakit, masyarakat harus menghindari daging sapi oplosan babi dari pedagang nakal ini, karena konsumsi daging babi dilarang bagi umat muslim.
Kepala Bidang Peternakan DKPP Kota Bogor, drh Anizar memberikan tips untuk para pembeli dalam memilih daging di pasar. Pertama, daging sapi dan daging babi bisa dibedakan melalui tekstur dan warnanya.
“Daging sapi warnanya lebih cerah dan teksturnya padat. Sedangkan daging babi cenderung lebih elastis dan terasa lunak, karena dipengaruhi banyak lemak,” ungkapnya, Selasa (5/4) kemarin.
Selain itu, para pedagang biasanya tidak memajang terang-terangan daging oplosan. Daging sapi yang baik dan segar biasanya akan digantung dan pembeli bisa memilih sendiri untuk memotongnya.
Sejauh ini, Bidang Peternakan tidak menemukan adanya pelanggaran kesehatan terhadap daging-daging sapi di pasar Kota Bogor. Meski aman dikonsumsi, Ani tetap mengimbau agar masyarakat tetap waspada dalam membeli daging di pasar.
Masyarakat juga mesti memastikan asal daging juga berasal dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yang dianjurkan mengantongi Nomor Kontrol Veteriner (NKV) dan bersertifikat halal.
“Jangan terkecoh dengan harga daging yang murah atau beli saja daging yang digantung. Kalaupun ragu, beli daging di kios yang resmi (karena mengantongi NKV atau jelas asal RPH),” tutupnya. (rb/rit)