Jabarekspres.com — FIFA baru saja selesai melaksanakan kongres tahunan yang dalam kesempatan ini berlangsung di Doha, ibu kota Qatar, tuan rumah Piala Dunia 2022.
Kongres FIFA yang berlangsung hari Kamis kemarin (31/03/2022) menjadi kongres tahunan pertama bagi induk badan sepak bola seluruh dunia itu semenjak 2019 karena pandemi Covid-19.
Berikut ini merupakan hal-hal yang dibicarakan dalam Kongres FIFA ke-72 tersebut:
1. Catatan HAM Qatar
Qatar sempat menjadi sorotan mata internasional akibat perlakuan tidak pro-keadilan atas para pekerja imigran.
Catatan HAM tersebut tidak luput pula dalam Kongres FIFA untuk dibicarakan.
Catatan hitam tersebut langsung menjadi fokus kongres usai Presiden Federasi Sepak Bola Norwegia Lise Klaveness naik ke panggung dan menyebut bahwa gelaran akbar Piala Dunia yang diserahkan pada Qatar sebagai hal yang “tidak dapat diterima”.
Presiden FIFA Gianni Infantino merespons isu catatan HAM Qatar dengan menyebut bahwa ada “perubahan yang terjadi di negara ini” sebagai sinyal positif bagi Qatar dalam menggelar ajang Piala Dunia.
Sebelumnya Qatar memang telah melakukan reformasi atas peraturan yang mengatur perburuhan. Hal tersebut diutarakan oleh Ketua Panitia Penyelenggara Piala Dunia Qatar Hassan al-Thawadi sebagai suatu hal yang “bersejarah” dan akan menjadi “warisan sosial, kemanusiaan, ekonomi, dan lingkungan” yang benar-benar sangat penting.
2. Agenda Piala Dunia Dua Tahun Sekali
Presiden FIFA memilih sikap mundur mengenai agenda Piala Dunia dua tahun sekali.
Keinginannya untuk menjadikan gelaran terbesar sepak bola level dunia selama dua tahun sekali mendapat banyak kritikan. Dalam kongres tersebut ia memberikan klarifikasi terhadap anggota FIFA bahwa agenda tersebut bertujuan untuk melihat apakah agenda tersebut layak atau tidak.
“FIFA belum mengusulkan Piala Dunia dua tahunan. Mayoritas memilih di Kongres terakhir untuk mengetahui kelayakan agenda ini. Kemudian, fase berikutnya dimulai di mana kami akan menemukan kesepakatan dan mencapai kompromi,” ungkap Presiden FIFA Infantino dalam kongres.
“Kami mencoba berdebat dan berdiskusi untuk melihat apa yang cocok untuk semua orang. Semua orang harus mendapatkan keuntungan (kesempatan yang sama),” pungkasnya.