Jabarekspres.com – Konsumsi solar subsidi meningkat secara signifikan. Pada sejumlah daerah mengalami kelangkaan sehingga membuat antrean kendaraan sampai mengular.
Untuk diketahui, total realisasi secara year to date terhadap solar subsidi pada Pertamina sebesar 3.767.512 kilo liter (kl) dan AKR 29.360 kl, angka tersebut overkuota sebanyak 297.347 kl dari 3.499.525 kl.
Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Erika Retnowati mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang membuat konsumsi BBM solar subsidi meningkat.
Pertama, proyeksi pertumbuhan ekonomi triwulan 1 2022 adalah 4,5-5,2 persen yang ini menyebabkan peningkatan kegiatan perekonomian nasional.
“Ini berimplikasi kepada sektor industri dan konsumsi dan berdampak pada peningkatan arus barang, yaitu logistik dan transportasi,” ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Selasa (29/3).
Kedua, recovery pasca masa pandemi yg lebih cepat dari perkiraan. Diketahui bahwa sejak triwulan 4-2021 tren konsumsi solar tesebut terjadi hingga saat ini. Artinya, ini akan terus meningkat pada beberapa bulan mendatang.
“Ketiga, dengan harga komoditas yang meningkat, seperti batubara, nikel, emas, CPO, ini juga berdampak pada kegiatan pengangkutan hasil tambang yang menambah konsumsi daripada BBM,” katanya.
Terakhir adalah makin melebarnya disparitas harga antara solar subsidi dan solar non-subsidi, yang memiliki perbedaan harga sampai Rp 7.800 per liter. Ini menyebabkan ada pergeseran konsumen dari solar non subsidi ke subsidi.
“Lalu, adanya potensi penyalahgunaan JBT solar. Ada penimbunan dan pengoplosan atas subsidi ini,” terangnya.
Terkait hal ini, pelanggaran yang dilakukan berupa penimbunan yang terjadi di kawasan Sumatera Selatan. Lalu, ada juga solar oplosan dari minyak sulingan.
“Kami menemukan di sumedang juga, kita cek CCTV di SPBU, ada mobil yang tangki di modifikasi. Ada di Sumedang dan Purwakarta,” ungkap Erika. (jawapos)