Pendeta Saifuddin Diancam Dibunuh, Benarkah?

Jabarekspres.com – Usai meminta 300 ayat Al-Qur’an dihapus, kini tiba-tiba muncul kabar bila Pendeta Saifuddin diancam dibunuh. Benarkah?

Saat ditelusuri, klaim ancaman pembunuhan ini rupanya disampaikan secara langsung oleh Pendeta Saifuddin di kanal YouTube pribadinya.

Usai video pengakuannya itu di unggah, perbincangan soal pendeta Saifuddin diancam dibunuh ini pun langsung meluas dan menjadi perhatian.

Di video tersebut, pemilik nama lengkap Saifuddin Ibrahim itu mendesak Menkopolhukam Mahfud MD menangkap sosok yang telah mengancamnya.

Dalam kanal YouTube miliknya, Pendeta Saifuddin juga mempertanyakan mengapa gegara dirinya minta 300 ayat Al-Qur’an jadi dinilai penista agama.

Saifuddin menyebut ketimbang dirinya yang dipersoalkan ada orang lain yang lebih pantas ditangkap karena omongannya kerap memecah belah bangsa.

“Untung saya kemarin itu viralnya setelah saya di Amerika. Dan sekarang diancam oleh Julius mualaf itu. Katanya mau mengirim pembunuh bayaran untuk saya,” kata Pendeta Saifuddin di kanal YouTube-nya.

“Coba Pak Mahfud, tangkap dia itu. Kalau Bapak itu memang Menko Polhukam. Dia sudah mengirim ancaman kepada Saifuddin Ibrahim,” ucapnya menambahkan.

“Bagaimana maksud Pak Mahfud MD menyebut saya ini penista agama, hukumannya 6 tahun. Jangankan 6 tahun, mati pun saya pun siap,” lanjut Pendeta Saifuddin.

“Hukuman mati pun saya siap menjalaninya. Asal kematian saya untuk membela orang-orang minoritas,” ujarnya menegaskan.

Saifuddin meminta Mahfud MD menangkap Ustaz Abdul Somad hingga Felix Siauw. Menurut dia, para penceramah itu adalah pemecah belah.

“Tangkap Abdul Somad. Abdul Somad itu pemecah belah. Felix Siauw, Nandar. Tangkap itu orang,” tutur Pendeta Saifuddin.

Sebagai informasi sebelum kabar Pendeta Saifuddin diancam dibunuh jadi perhatian publik dihebohkan dengan video Saifuddin yang meminta agar pemerintah menghapus 300 ayat dalam Al-Qur’an

Saifuddin menyatakan bahwa 300 ayat tersebut memicu sikap radikal hingga membenci orang lain yang berbeda agama.

Si pendeta itu meminta Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut agar mengatur kembali kurikulum di pondok pesantren (ponpes).

Dalam pandangan Saifuddin Ibrahim, kurikulum di pondok pesantren menjadi sumber sikap radikal dan intoleransi di Indonesia.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan