dr Johanes Casay Chandrawinata SpGK MND membagikan tips pengelolaan dan konsumsi makanan sehari-hari.
Penggunaan garam dalam masakan bergantung pada selera. Kalau melihat hasil penelitian, rata-rata itu 0,8 persen dalam cairan. Jadi, takarannya adalah 8 gram/1 liter air. Supaya rasanya pas, tidak terlalu asin.
Ditakar berapa liter air yang digunakan untuk sup. Kalau pada tumisan, memang seharusnya lebih sedikit. Jadi, garam juga jangan terlalu banyak. Dalam tumisan, bisa optimalkan bumbu seperti bawang dan jahe.
Jadi, cita rasa sudah bagus tanpa harus terlalu banyak garam. Utamakan makanan segar. Batasi makanan yang terlalu asin seperti ikan asin dan telur asin. Kurangi makanan olahan seperti sosis, kornet, dan daging asap karena itu asin sekali.
Batasi asupan kerupuk. Kerupuk itu berisi aci, garam, micin, dan minyak. Makanan yang sudah asin kemudian ditambah kerupuk akhirnya berlebihan sekali.
Memang saat makan di luar, biasanya makanan agak asin karena juru masak suka cita rasa asin. Saat di restoran langganan, harus berani bilang jangan terlalu asin.
Di meja makan juga jangan biasakan menambah garam lagi. Begitu juga kecap asin. Kurangi konsumsi kerupuk karena asupan kalori dan garamnya tinggi.
Harus berani menakar. Saat makan all you can eat, ambil buah-buahan segar untuk makanan penutup. Tak perlu tambahkan dressing karena akan menambah kalori dan garam.
Garam boleh ditambahkan jika menunya asam seperti mangga muda yang asam dan jus belimbing. Upayakan ekstra menu sayur supaya lebih kenyang dan konsumsi bahan lain berkurang.
Sebenarnya keduanya tidak berhubungan langsung. Konsumsi garam ya wajib dibatasi, tidak boleh berlebihan. Jangan dianggap kalau sudah berolahraga, lalu bisa makan garam berlebihan. Risiko hipertensi tetap ada. (jawapos/ran)