PEKALONGAN – Beberapa hari terakhir, Video viral hujan uang di Pekalongan, Jawa Tengah. banyak menuai komentar warganet. Ada yang mengatakan hoax dan setingan, ada pula yang menghujat karena sengaja membuat kerumunan dimasa pandemi.
Video tersebut mempertontonkan kerumunan orang sedang berebut uang pecahan 50.000 – 100.000 yang dijatuhkan dari ketinggian.
Warga yang berebut uang tersebut terdiri dari orang tua hingga anak-anak laki-laki dan perempuan , bergumul dan berdesak-desakan meraih uang yang masih diatas dan ada pula yang mengais di bagian bawah agar mendapat uang sebanyak-banyaknya.
Peristiwa tersebut bukan hoaks, namun benar kejadian di Desa Pakumbulan Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan.
Ternyata, uang tersebut dijatuhkan beberapa orang dari atas bangunan bertingkat yang tengah dibangun milik pengusaha.
Tayangan video itu banyak diunggah ke media sosial oleh sejumlah akun. Di antaranya tampak dalam unggahan akun Instagram @ndorobei.official.
Dalam video tersebut juga disertai narasi ”Hujan Uang di Desa Pakumbulan, Buaran, Kabupaten Pekalongan. Pengusaha kaya menghamburkan uang di atas rumahnya dan jd rebutan warga sekitar”.
Video tersebut dibagikan Bos Afero via @pekalonganinfo @megelang.raya.
Berdasarkan penelusuran, peristiwa itu diketahui terjadi di Desa Pakumbulan Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan, Minggu, 6 Maret 2022 pada pukul 10.00 WIB.
Hujan uang itu ternyata merupakan tradisi udik-udikan sebagai bentuk syukuran munggah molo atau menaikkan kerangka atap bangunan.
Udik-udikan ini dilakukan oleh keluarga Khaerul Huda (40) yang tengah membangun sebuah rumah.
Ritual udik-udikan dilakukan saat pemilik rumah akan memasang kerangka atap bangunan, biasanya saat menaikan kerangka tersebut akan dibarengi dengan pemasangan sesajen yang dibungkus oleh kain putih dan diikatkan di kerangka atap tersebut.
Udik-udikan juga bisa menjadi bentuk syukur sang pemilik rumah, namun ada sebagian yang mengatakan sebagai sarana tolak balak, agar proses pembangunan rumah berjalan lancar tanpa hambatan.
Perwakilan keluarga, Danang KrismAnda (25) mengatakan acara udik-udikan itu dilakukan untuk melestarikan tradisi di Pekalongan.
”Saya mewakili pihak keluarga meminta maaf kepada masyarakat, pemerintah, dan lainnya terkait acara udik-udikan yang viral kemarin. Apalagi acara tersebut dilaksanakan pada masa PPKM dan pandemi Covid-19,” katanya.