SOREANG – Harga kacang kedelai terus menerus merangkak. Dari yang semula hanya sekitar Rp8.000 per kilogram, kini harganya mencapai Rp12.200 per kilogram.
Salah satu pengrajin tahu Desa Cangkuang Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung, Dasep Sudarisman, 39, mengaku kebingungan, karena harga saat ini kedelai kembali naik hingga Rp12.200 per kilogram-nya.
“Naiknya seratus rupiah per kilogram per hari,” ujar Asep saat di konfirmasi melalui telephon, Jumat (11/3).
Dasep mengaku, dengan terus melonjak harga kedelai, tentunya sangat merugikan bagi para pengrajin tahu karena pendapatan mereka menjadi semakin berkurang.
“Pendapatan tiap hari semakin menipis, jangankan keuntungan, sudah bisa belanja bahan baku lagi buat besok juga sudah sangat bersyukur,” kata Dasep.
Menurut Dasep, para pengrajin tahu di Desa Cangkuang tidak akan mogok berjualan karena takut kehilangan pelanggan. Meski mendapat keuntungan sangat minim.
“Kami memilih bertahan sementara dengan kondisi sekarang daripada harus kehilangan pelanggan. Karena, kalau sampai kehilangan pelanggan kami bisa lebih rugi lagi, soalnya akan susah lagi nantinya buat nyari pelanggan baru,” jelasnya.
Dikatakan Dasep, diprediksi kenaikan harga kedelai, akan berlangsung lama, kemungkinan akan sampai habis lebaran.
Saat ditanyakan apakah sudah koordinasi dengan pihak pemerintah, Dasep pun mengaku, selama ini belum pernah ada solusi dari pemerintah terkait permasalahan kedelai ini.
“Kami berharap pemerintah tidak menutup mata karena tahu dan tempe merupakan salah satu makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi masyarakat. Sebenarnya kami sudah capek ngomong, karena tidak pernah ada solusi dari pemerintah terkait,” jelasnya.
Dasep mengatakan selama ini dirinya memperoleh kedelai dari suplier Jakarta. Kedelai yang biasa diolahnya merupakan kedelai impor karena harganya lebih murah jika dibandingkan kedelai lokal.
“Untuk produksi tahu sendiri, bahwa kedelai lokal sebenarnya kualitasnya lebih bagus. Namun harganya lebih mahal sekitar seribu atau dua ribu rupiah per kilogramnya,” kata Dasep.
Selain tahu mentah, Dasep juga memproduksi tahu goreng (tahu sumedang), dalam hal ini kesulitan yang dia hadapi menjadi lebih parah karena kelangkaan dan mahalnya harga minyak goreng.