Terlepas dari itu, adanya Nobel Prize of Literature membuktikan bahwa puisi mempunyai peranan penting dalam menemani keberlangsungan dunia dan jalannya peradaban.
Dengan demikian, puisi adalah persoalan kehidupan, tentang manusia, tentang kita semua. Tidak ada yang salah dengan banyak orang menulis poetry tentang cinta, toh cinta itu sendiri bagian dari kehidupan, bukan? Begitu juga sebaliknya dengan mereka yang senang membaca puisi.
Membaca sajak tidak selalu berarti ingin mengetahui bagaimana manisnya cinta atau kerinduan. Bagi beberapa orang, membaca sajak bisa berarti ingin memahami apa itu kehidupan. Sebab, sajak itu sendiri merupakan ekspresi batin atau pemikiran si pengarang.
Maka dari itu, semakin banyak kita membaca sajak, semakin meluas pula pemahaman kita tentang kehidupan. Sebuah sajak akan membawa kita pada sudut pandang lain dalam melihat kehidupan dan dunia.
Selain itu, sajak bukan hanya kata-kata yang dirangkai secara estetis. Sajak juga merupakan portal waktu yang bisa membawa kita ke masa lampau. Ia merupakan rekaman sejarah yang bisa kita gunakan untuk memahami masa silam. Misalnya, zaman kemerdekaan.
Contohnya kita bisa melihat bagaimana perjuangan tanpa pamrih dari para pejuang kemerdekaan lewat sajak Chairil Anwar berjudul “Krawang-Bekasi”.
Kita bisa melihat bagaimana situasi mencekam yang mesti dihadapi para pejuang yang gugur dalam medan pertempuran hingga mereka pun memekik: “Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi/tidak bisa teriak ‘Merdeka’ dan angkat senjata lagi”
Kita tidak tahu siapa mereka yang berjuang hingga “terbaring” dan tidak sempat berteriak “Merdeka!” sebab, mungkin, peluru lawan telah merenggut nyawanya terlebih dahulu.
Kita pun tersentak karena di bait selanjutnya mereka pejuang tanpa nama itu berseru: “Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu/Kenang, kenanglah kami”. Alih-alih membaca sajak ini, kita jadi termenung seakan-akan sedang berziarah ke kuburan-kuburan tanpa batu nisan atau monumen hitam.
Atas dasar itulah kenapa ada orang yang begitu syahdu bercengkrama dengan sajak. Sebab di sana selalu ada kejutan-kejutan yang menghidupkan dan menggairahkan.
Karya-karya Rendra merupakan contoh ketika sebuah sajak dapat menghidupkan dan menggerakkan.