JAKARTA – Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman memprediksi varian Omicron bukan varian terakhir. Omicron juga bukan gelombang terakhir. Namun kabar baiknya, varian apapun nantinya akan lebih ke arah daya tular yang lebih ringan.
“Omicron juga bukan varian terakhir. Tapi, secara prediksi, dampak ke depan sudah lebih minimal. Karena apa? Karena cakupan vaksinasi terus meningkat. Jadi potensi varian baru semakin kecil. Tapi bukan berarti tak akan serius,” ujar Dicky yang dikutip dari Jawapos.com, Rabu (2/3).
“Varian berikut akan menyasar daerah perifer yang masih rawan, yang cakupan vaksinasinya masih buruk. Dan tentu akan berdampak pada kematian dan kesakitan,” tambahnya.
Dicky menyebut masih banyak penduduk yang berada di pulau-pulau terpencil di mana cakupan vaksinasi mungkin belum tersentuh hingga 70 persen. Ketika ditanya kapan pandemi berakhir? Dicky menegaskan pandemi belum berakhir selama tren kasus di dunia masih melaporkan kasus yang tinggi. Dan populasi harus mematuhi protokol kesehatan salah satunya memakai masker.
“Bicara pengendalian ini, setidaknya sampai pertengahan tahun ini atau akhir tahun depan kita tetap prokes memakai masker (sampai cakupan vaksinasi lengkap di dunia melebihi 70 persen),” ungkapnya.
Menurutnya kasus Covid-19 tak akan ditemukan jika tak aktif dalam menemukan kasusnya. Dia menegaskan deteksi atau testing harus dilakukan lebih kuat.
“Sehingga ketika terdeteksi khususnya luar Jawa, kita akan alami potensi beban di faskes, atau keparahan di rumah-rumah dan kematian. Kalau tak cepat dimitigasi dengan kunjungan rumah, active case finding, bantu mereka yang berisiko apalagi vaksinasi 2-3 dosis tak diakselerasi, kelompok rentan akan terancam,” pungkas Dicky. (jawapos/ran)