Harga Daging Sapi Kian Melejit, Pedagang Rugi karena Pilih Tak Naikan Harga Ketimbang Kehilangan Pelanggan

BANDUNG – Adanya kenaikan harga daging sapi potong di pasaran, sangat berdampak pada penghasilan pedang daging sapi di Pasar tradisional.

Pasalnya, menurut salahsatu pedagang daging sapi potong di Pasar Tradisional Cihapit, Kota Bandung, Martin Subakti mengaku bahwa sejak adanya kenaikan, penghasilan yang didapatnya jadi berkurang hingga Rp 7 juta lebih.

Adanya penurunan penghasilan tersebut, Martin menjelaskan dirinya lebih memilih untuk tidak menaikan harga daging sapi, tetapi tetap menjual dengan harga sebelum naik, yakni Rp 115 ribu per kilogram.

Alasan tersebut diambil, kata Martin agar lapak dagangannya tidak kehilangan pelangan.

“Dari bandar sudah naik Rp 5 ribu. Kalau 20 kilogram saja, saya sudah kehilangan Rp 100 ribu. Dikali satu bulan sudah Rp 3 juta. Sehari saya biasa ambil 60-70 kilogram, kalikan saja. Kalau ambil 50 kilogram, sudah hilang Rp 7.5 juta dalam satu bulan,” ucapnya saat ditemui di Pasar Cihapit, Kota Bandung, Sabtu (26/2).

Ia pun menjelaskan, tidak mengetahui secara persis apa yang menjadi peneyebab kenaikan harga tersebut. Sebab kata dia, biasanya kenaikan harga ini terjadi menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.

“Tidak tahu secara persis penyebab kenaikan ini. Tetapi biasanya, Ramadan dan Idul Fitri selalu naik. Kenaikan harga daging sapi bertahap. Pertama Rp 3 ribu, dan sekarang naik lagi dua ribu. Biasanya, harga daging sapi potong akan terus naik sampai nanti Lebaran. Yang sudah-sudah, harga bisa sampai Rp 140 ribu,” imbuhnya

Diberitakan sebelumnya, menurut Kepala Dinas Perdagangan dan Industri (Disdagin) Kota Bandung, Elly Wasliah mengatkan bahwa adanya kenaikan harga daging sapi potong ini diakibatkan adanya kenaikan harga dari importir di Negara penghasil daging impor seperti Australia.

“Pertama kalau dengar sepintas, kemarin sudah konfirmasi ke satu improtir, bahwa harga ternak dan daging ada peningkatan dari Australia. Makanya, datanya akurat dulu baru disampaikan, dan kalau dulu Kota Bandung 98 persen impor (daging), pangan lokalnya sedikit banget,” ujarnya ketika dikonfirmasi pada Jum’at (25/2) kemarin. (Mg4).

 

Tinggalkan Balasan