JAKARTA – Meski saat ini masih dalam masa Pandemi, kebangkitan UMKM telah menujukan perbaikan dalam kondisi perekonomian di Indonesia.
Direktur Utama BRI Sunarso menilai, sesuai dengan komitmen pemerintah untuk memulihkan ekonomi, keberadaan UMKM saat ini menjadi focus Bank BRI untuk mendapat nkemudahan akses kredit.
Jika dianalisa, keberadaan Sektor UMKM saat ini telah mampu beradaptasi dan mulai pulih dengan baik di kondisi pandemi COVID-19.
‘’Kebangkitan UMKM ini menjadi angin segar bagi pertumbuhan bisnis PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk,’’ujar Sunarso dalam ketarangannya, Selasa, (21/2).
Melihat Kondisi pemulihan ini, riset Indeks Bisnis UMKM BRI menangkapnya sebagai peluang besar dan mencapai level optimis dengan skor melebihi 100.
Untuk melihat indeks bisnis UMKM ini secara mikro akan diukur berdasarkan volume produksi, total nilai penjualan, rata-rata harga jual, volume pesanan.
Selain itu, indeks bisnis lainnya yaitu, volume pemesanan barang input, volume persediaan barang jadi, rata-rata jumlah karyawan, hingga realisasi investasi mendapat hasil yang memuaskan.
Ketiga, penilaian pelaku UMKM terhadap kinerja pemerintah dalam penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi.
‘’Dari hasil indeks tersebut, pelaku UMKM menyatakan kondisi perekonomian nasional hingga kondisi usaha telah mengalami perbaikan,’’kata Sunaryo.
Para elaku UMKM merasa optimistis terhadap langkah-langkah yang ditempuh Pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
UMKM telah mengalami bnayk kemajuan dengan menciptakan lapangan kerja, menstabilkan harga barang dan jasa, menyediakan dan merawat infrastruktur
“Ternyata data ketiga indeks tersebut menunjukkan optimisme. Indeks kepercayaan pelaku UMKM terhadap pemerintah masih sangat baik.
‘’Artinya sangat percaya terhadap kemampuan pemerintah mengelola berbagai tantangan perekonomian nasional, untuk menghadapi 2022, BRI optimis, sektor UMKM semakin kokoh,’’tambahnya lagi.
Sunarso menuturkan, saat ini Indonesia tengah menghadapi berbagai tantangan salah satunya kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) dapat memiliki implikasi bagi perekonomian di Indonesia.
Menurutnya, keputusan Bank Sentral AS, The Fed, dalam melakukan tapering off serta potensi kenaikan suku bunga acuannya bisa menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan dan arus investasi.
‘’Hal itu bisa terjadi sebagai efek dari gejolak pergerakan kurs dollar AS,’’ucapnya.