Pedagang di Pasar Tradisional Masih Enggan Turunkan Harga Minyak Goreng, Ini Sebabnya

BANDUNG – Pedagang di pasar tradisional masih enggan turunkan harga bahan pokok seperti minyak goreng yang sesuai dengan ketetapan yang disampaikan Kementrian Perdagangan (Kemendag), hal ini diakibatkan karena HET setara dengan harga modal.

Seorang pedagang di Pasar Induk Gedebage, Naufal Rizki, mengaku bahwa ia belum berani menurunkan harga karena khawatir harga minyak goreng masih mahal.

“Kita gak berani nurunin (harga), soalnya takut pas belanja lagi mahal. Kita juga cuman dapet dikit,” ujar Naufal kepada Jabar Ekspres, Senin (21/2).

Ia juga mengakui bahwa harga minyak masih limbung, berbeda-beda di setiap tempat. Meski harga minyak masih mahal dan belum stabil, ia mengaku tidak kesulitan memiliki pembeli.

“Kemarin dua karton langsung habis, memang lagi krisis. Jadi walau harga tinggi juga konsumen masih beli, mau bagaimana lagi ‘kan butuh” imbuhnya.

Naufal juga mengaku bahwa toko miliknya kebetulan mendapatkan minyak saat gudang tempat ia mendapatkan pasokan sedang dikontrol oleh polisi.

“Kata supir yang ngirim ke sini, gudangnya sedang dikontrol polisi, maka dari itu saya dapat (stok minyak). Saya mesen 5 karton (kardus), cuman dikasih 2 karton, satu karton isi 12 kemasan, minyaknya 1 liter, yang lainnya 6 kemasan minyaknya 2 liter,” terangnya.

Sementara itu supplier minyak curah, Rendi Haelandi, turut mengonfirmasi bahwa harga minyak belum turun.

“Belum turun harganya masih sama, seharusnya Rp11.500 saya lihat di berita, tapi di lapangannya beda, masih di atas itu. Saya beli masih belum turun, jadi saya tetap jual Rp18.500,” ujar Rendi.

Menurut Rendi, Minyak Goreng tidak sulit didapatkan namun memang harganya masih mahal. Ia juga mengatakan bahwa tokonya bisa mendapatkan 30-35 drum minyak per hari.

“Biasanya bisa dapat 30-35 drum perhari. Kalau sehari bisa menjual 10 drum, tapi gak nentu juga kadang ramai kadang sepi,” pungkasnya. (mg6/wan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan