“Karena dapat menyebabkan mutasi yang dapat menyebabkan perbedaan hasil PCR pada omicron lainnya, adanya mutasi berupa hilangnya mutasi pada susunan berupa gen-s dpt memunculkan deteksi gen lainnya,” jelas Prof Wiku.
Ia menambahkan Gen-S tidak terdeksi dalam metode SGTF (S-Gene Test Failure) pada tes PCR. Namun pada BA.2, susunan ini tidak hilang.
“Sehingga tes PCR tidak memunculkan hasil SGTF. Atau hasilnya sama dengan varian lain yang bukan Omicron. Padahal BA.2 merupakan salah satu jenis Omicron,” jelasnya.
Apakah berbahaya dan lebih cepat menular? Prof Wiku menegaskan diperlukan penelitian lebih lanjut. “Diperlukan waktu untuk meneliti karakreristik varian baru yang muncul untuk menganalisis dampaknya secara epidemiologi,” katanya. (jawapos-red)