JAKARTA – Tercatat sebanyak 90 sekolah di wilayah Jakarta mesti ditutup sementara akibat muncul kasus penularan Covid-19 pada guru dan muridnya.
Bahkan, Ada beberapa sekolah di Jakarta sudah menghentikan PTM 100 persen sebanyak 2 kali, hanya dalam jarak waktu 2 minggu, karena berulang siswa dan gurunya positif Covid-19.
Hal itu disampaikan oleh Koordinator Nasional P2G Satriwan Salim. “Ada beberapa sekolah semula PTM 100 persen, lalu siswa kena Covid, PTM dihentikan 5×24 jam. Setelah itu PTM lagi, setelah beberapa hari PTM ada siswa positif lagi, terpaksa PTM dihentikan kembali. Ini kan tidak efektif. Sekolah buka tutup, buka tutup terus, ga tau sampai kapan,” cetus dia, Rabu (26/1).
Jadi pelaksanaan skema PTM 100 persen tidak sepenuhnya aman, lancar dan efektif. Di sisi lain, P2G masih menemukan banyak pelanggaran PTM 100 persen yang terjadi, seperti jaga jarak 1 meter dalam kelas yang sulit dilakukan karena ruang kelas relatif kecil ketimbang jumlah siswa.
Lalu juga ruang sirkulasi udara tidak ada atau ventilasi udara tidak dibuka karena kelas ber-AC, siswa berkerumun dan nongkrong bersama sepulang sekolah dan masih ada kantin sekolah buka secara diam-diam.
Menurutnya, kondisi itu terjadi akibat lemahnya pengawasan dari Satgas Covid-19 termasuk dinas terkait. Kedisiplinan terhadap prokes harus terus digaungkan, mulai dari rumah, di jalan, angkutan umum, di sekolah dan pulang sekolah.
Berdasarkan kondisi yang sudah mengkhawatirkan itu, bahkan 90 sekolah mesti tutup lantaran Covid-19, pihaknya mendesak Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Anies Baswedan, termasuk kepala daerah sekitar daerah aglomerasi menghentikan skema PTM 100 persen demi keselamatan dan kesehatan semua warga sekolah.
“Kami memohon agar Pak Anies (Baswedan) mengembalikan kepada skema PTM Terbatas 50 persen. Dengan metode belajar blended learning, sebagian siswa belajar dari rumah, dan sebagian dari sekolah. Metode ini cukup efektif mencegah learning loss sekaligus life loss,” pinta Satriwan.
Lagipula, lanjutnya, guru-guru dan siswa di DKI Jakarta sudah berpengalaman menggunakan skema PTM 50 persen dengan metode campuran tersebut. Sebab, guru dan siswa rata-rata sudah memiliki gawai pintar bahkan laptop/komputer, sinyal internet bagus, relatif tak ada kendala dari aspek infrastruktur digital. Tentu dengan catatan, ada pendampingan orang tua dari rumah selama anak PJJ.